DP2KBP3A Kota Sukabumi Gelar Minilokakarya Bahas Upaya Tekan Kasus Tengkes

Ist
MINILOKAKARYA: Dinas P2KBP3A Kota Sukabumi melaksanakan minilokarya di dua kecamatan dengan tujuan menekan angka stunting (tengkes).
0 Komentar

SUKABUMI,SUKABUMI.JABAREKSPRES.COM — Pemerintah Kota Sukabumi terus berkomitmen menekan angka stunting (tengkes) dengan berbagai pendekatan strategis. Salah satunya melalui kegiatan mini lokakarya yang dilaksanakan Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A).

Kegiatan ini berlangsung di Kecamatan Citamiang dan Kecamatan Gunungpuyuh. Mini Lokakarya menghadirkan berbagai unsur lintas sektor, seperti pihak kecamatan, puskesmas, bidan desa, dan Tim Penggerak PKK.

Jabatan Fungisonal Kependudukan dan Keluarga Berencana Ahli Muda DP2KBP3A Kota Sukabumi, Indra Permana, menjelaskan kegiatan ini merupakan implementasi dari amanat Peraturan Presiden No 72/2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting serta Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) No 12/2021 mengenai Rencana Aksi Nasional Penurunan Stunting.

Baca Juga:PLN UP3 Sukabumi on The Move, Jemput Bola Layani PelangganEnergi untuk Hati, PLN Sukabumi Gelar Dzikir dan Doa Bersama dengan Anak Yatim dan Dhuafa

“Mini Lokakarya ini adalah bagian penting dari sistem pengawalan dan evaluasi pendampingan keluarga di tingkat kecamatan. Kami ingin memastikan bahwa strategi percepatan penurunan stunting berjalan optimal dengan dukungan semua pihak,” ujar Indra dalam keterangannya, kemarin (7/5).

Kegiatan ini menjadi ajang koordinasi dan penyamaan langkah dalam pelaksanaan intervensi stunting yang terfokus pada pendekatan berbasis keluarga. “Kami dorong penguatan pada tiga standar utama, yakni Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang sudah terlatih, ketersediaan alat ukur atau aplikasi pengukuran, serta terlaksananya operasional prosedur penurunan stunting (PPS). Di sisi lain, prinsip empat pasti juga jadi pegangan: memastikan semua sasaran terdata, memperoleh layanan, memanfaatkan intervensi, serta seluruh prosesnya tercatat dan dilaporkan,” jelasnya.

Stunting bukan hanya persoalan gizi, tetapi juga erat kaitannya dengan ketahanan keluarga, pola asuh, sanitasi, dan akses layanan kesehatan. Karena itu, sinergi lintas sektor di level kecamatan menjadi krusial.

Sekretaris Kecamatan Citamiang, M. Sini, memaparkan sejumlah tantangan yang dihadapi dalam upaya penurunan angka stunting di wilayahnya. Menurutnya, kendala utama adalah keterbatasan sumber daya manusia, rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi dan kesehatan ibu-anak, serta belum optimalnya keterampilan tenaga kesehatan.

“Kami melihat masih perlu banyak edukasi kepada masyarakat agar sadar akan pentingnya pencegahan stunting sejak dini. Begitu juga dengan tenaga kesehatan, perlu pelatihan berkelanjutan agar mereka bisa mendampingi keluarga secara efektif,” tutur Sini.

0 Komentar