PALABUHANRATU,SUKABUMI.JABAREKSPRES.COM– Puluhan nelayan datangi SPBU 3443304, tepatnya depan Pasar Semi Modern Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi, pada Minggu (6/7) lalu. Aksi ini bahkan terekam dalam video berdurasi 1 menit 30 detik yang beredar melalui aplikasi pesan dan media sosial (Medsos) Facebook, para nelayan ini datang ke SPBU tersebut untuk mempertanyakan kebijakan pengisian BBM menggunakan jeriken yang disebut-sebut ditolak oleh pihak SPBU. Terlihat juga anggota kepolisian untuk mengamankan lokasi
Bahkan, terdengar juga suara perekam video yang menyebut bahwa “nelayan ngamuk” karena jatah BBM yang biasa mereka terima kini tak bisa didapatkan. “Para nelayan ngamuk karena pengisian BBM menggunakan jeriken ditolak. Nelayan kan biasanya dikasih jatah,” ujar perekam video.
Dalam rekaman itu juga terdengar suara seorang pria yang mengatakan, “Nelayan barang ya, paling 10 liter. Isi dulu yang ada ini, tolong diisikan.”
Baca Juga:Dispusipda kota Sukabumi Daftarkan 10 Naskah Kuno ke PerpusnasRumah Dihuni 3 KK Ambruk di Sukabumi, Dipicu Curah Hujan Tinggi
Saat di konfirmasi, pengawas SPBU 34.431.04 Palabuhanratu, Acep Sudrajat, membenarkan bahwa sempat terjadi keramaian di area SPBU akibat miskomunikasi terkait waktu pengisian BBM untuk nelayan. “Memang betul, kemarin saya sedang libur hari Minggu dan mendapat informasi dari grup bahwa ada aksi dari nelayan. Mereka datang karena pengisian BBM dengan jerigen pagi hari tak dilayani,” ujar Acep saat ditemui di ruangan kerjanya, pad Senin (7/725).
Menurutnya, kebijakan SPBU bukan membatasi, melainkan mengatur waktu pelayanan agar lebih tertib. Pasalnya, jika pengisian BBM untuk nelayan dilakukan pada pagi hari bersamaan dengan masyarakat umum, dikhawatirkan terjadi penumpukan dan semrawut di area SPBU.
“Kami alihkan waktu pengisian BBM untuk nelayan ke malam hari, sekitar pukul 19.00 sampai 22.00 WIB. Bukan tak dilayani, tapi agar lebih tertib dan tidak ada bentrok waktunya dengan kendaraan umum seperti mobil dan motor,” jelasnya.
Terkait tudingan bahwa jerigen milik pengecer lebih diutamakan, Acep membantah. Ia menegaskan bahwa mayoritas pengecer yang datang ke SPBU juga adalah nelayan, dan kebijakan pengalihan waktu berlaku merata bagi semua. “Rata-rata yang pakai jeriken itu juga nelayan. Jadi bukan lebih diutamakan siapa-siapa, hanya waktunya yang diatur. Sayangnya, informasi soal pengalihan waktu ini belum tersampaikan dengan baik ke nelayan,” tegasnya