SIMPENAN – Puluhan tahun Warga Dusun Ciangkrek, Desa Mekarasih, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, hidup dalam keterisolasian. Pasalnya, satu-satunya akses jalan menuju permukiman ke dusun tersebut, berupa tanah licin tanpa aspal, yang semakin parah ketika musim hujan tiba.
Dampaknya, aktivitas warga lumpuh. Anak-anak kesulitan bersekolah, roda perekonomian tersendat, hingga layanan kesehatan terhambat. “Dari dulu kondisi jalan rusak dan licin jika pas datang hujan, kondisi ini sudah kami alami selama puluhan tahun, sampai sekarang jalan ke Mekarasih memang begini. Jelek, tak pernah ada pembangunan. Waktu bencana bulan Februari kemarin malah longsor sampai jalan putus, bahkan ada warga kehilangan rumah. Sampai sekarang tidak ada bantuan sedikit pun,” kata Dani Irawan (35th), warga sekitar, Sabtu (11/10/25).
Menurutnya, setidaknya empat kali akses jalan terputus akibat longsor. Warga pun sering kali gotong royong mencangkul jalan setapak agar bisa dilalui. Namun kondisinya tetap berbahaya, karena jalan hanya selebar satu meter diapit jurang dan tebing.
Baca Juga:Pohon Tumbang Timpa Rumah Warga di Cisitu Nyalindung SukabumiPentingnya Kolaborasi untuk Raih Hasil Terbaik pada Program P2WKSS 2025
“Kalau musim hujan, ngeri sekali. Pernah ada ibu hamil meninggal di jalan karena terlambat ditangani, harus digotong karena akses sulit. Banyak juga yang kecelakaan terjatuh, udah tidak terhitung. Perjalanan ke jalan raya bisa dua jam. Kalau jatuh ke jurang, kemungkinan besar tidak akan tertolong,” terangnya
“Dua bulan lalu, saya sendiri mengalami kecelakaan jatuh kejurang hingga motornya hilang tak ditemukan. Jika ada perhatian pemerintah dan penggunaan alat berat, akses jalan bisa dibuka dan aman untuk warga. Namun hingga kini, tak ada langkah nyata,” ungkapnya
Lebih miris, meski korban jiwa dan kerugian terus berulang, warga Dusun Ciangkrek mengaku belum pernah menerima bantuan. Bahkan, demi memperjuangkan perbaikan jalan, Dani rela menjual motor pribadinya untuk membiayai perjalanan warga mengadu ke Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.
“Sudah sering dilaporkan ke desa, kecamatan, bahkan saya ke rumah Kang Dedi Mulyadi bersama RT. Tapi tidak pernah ada tanggapan, dari dulu cuma janji. Demi warga, saya jual motor CBR Rp4 juta buat ongkos. Enam hari saya di rumah Pak KDM, tapi tetap tidak ada tindak lanjut,” tuturnya