PALABUHANRATU – Indonesia diminta bersiap menghadapi potensi cuaca ekstrem pada akhir 2025 hingga awal 2026. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi akan terjadi aktivitas La Nina lemah disertai peningkatan siklon tropis di wilayah selatan Indonesia selama periode November 2025 hingga Maret 2026.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan fenomena ini muncul akibat perbedaan suhu antara Samudera Pasifik dan perairan Indonesia yang memicu penguatan angin timuran. Meski La Nina terdeteksi, dampaknya terhadap curah hujan nasional diperkirakan tidak terlalu signifikan.
“Bukan berarti curah hujan akan meningkat tajam. Memang di sebagian wilayah Indonesia diprediksi curah hujannya berada di atas rata-rata normal, namun peningkatan itu bukan akibat La Nina lemah, melainkan karena suhu muka air laut yang semakin hangat,” jelas Dwikorita dalam siaran pers yang disampaikan melalui kanal YouTube Info BMKG Indonesia. Kendati tergolong lemah, fenomena ini tetap perlu diwaspadai karena beriringan dengan meningkatnya aktivitas siklon tropis di selatan Indonesia. Kondisi tersebut dapat memicu cuaca ekstrem seperti angin kencang, hujan lebat, tanah longsor, hingga banjir bandang di sejumlah wilayah, termasuk Jawa Barat, Bali, Nusa Tenggara, dan sebagian Maluku bagian selatan.
Baca Juga:Bapemperda DPRD Kota Sukabumi Bahas Finalisasi 13 Raperda untuk Propeller 2026Pemkab Sukabumi Melalui DPMPTSP Gebyar NIB dan Launching Layanan Keimigrasian
“Kami mengimbau agar semua pihak meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana hidrometeorologi yang dapat meningkat pada puncak musim hujan antara November hingga Februari,” tambahnya.
Peringatan BMKG ini sejalan dengan kondisi Kabupaten Sukabumi yang dalam beberapa hari terakhir sudah mulai terdampak cuaca ekstrem. Hujan deras disertai angin kencang menyebabkan tanah longsor di Warungkiara dan banjir bandang di Cisolok, serta merusak beberapa rumah warga di wilayah selatan Sukabumi.
BPBD Kabupaten Sukabumi mencatat, curah hujan tinggi sejak akhir Oktober telah menimbulkan puluhan laporan kejadian bencana, terutama di daerah perbukitan dan sekitar aliran sungai. Masyarakat pun diminta lebih waspada, terutama yang tinggal di lereng rawan longsor dan bantaran sungai.
BMKG juga mengingatkan potensi munculnya fenomena cuaca serupa Badai Seroja yang pernah melanda Nusa Tenggara Timur pada April 2021 dan menelan korban jiwa hingga 181 orang.
