CITAMIANG,SUKABUMI.JABAREKSPRES.COM – Sebanyak 175 kejadian bencana melanda wilayah Kota Sukabumi sepanjang Januari hingga Oktober 2025. Dari total tersebut, Kecamatan Warudoyong menjadi wilayah yang paling sering terdampak yakni 35 kali kejadian.
Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Sukabumi, Suhendar, mengatakan bencana di Kota Sukabumi terjadi di seluruh kecamatan dengan tingkat kerentanan yang berbeda-beda. “Kecamatan Warudoyong ada 35 kejadian, Kecamatan Baros 33 kejadian, Cibeureum 23 kejadian, Gunungpuyuh 22 kejadian, Cikole 22 kejadian, Citamiang 20 kali, dan Lembursitu juga 20 kali dilanda bencana,” jelas Suhendar, kemarin (9/11).
Berdasarkan data Sistem Informasi Elektronik Data Bencana BPBD, jenis bencana yang paling sering terjadi di Kota Sukabumi adalah cuaca ekstrem sebanyak 83 kali kejadian. Disusul banjir sebanyak 55 kali, tanah longsor 23 kali, kebakaran permukiman 11 kali, dan angin puting beliung 3 kali.
Baca Juga:Berbagi Berkah di Kelurahan CitamiangPokja PAUD Kota Sukabumi Soroti Pendidikan Usia Dini di Era Digital
Rangkaian bencana tersebut menimbulkan kerugian materil sekitar Rp2,1 miliar serta berdampak pada ratusan bangunan warga. Hingga September 2025, tercatat 238 unit bangunan mengalami kerusakan, dengan rincian 215 unit rusak ringan, 20 unit rusak sedang, dan 3 unit rusak berat.
“Dari hasil pemetaan kami, cuaca ekstrem menjadi faktor dominan, terutama angin kencang dan hujan deras yang terjadi hampir setiap pekan,” ujar Suhendar.
Untuk menekan risiko dan dampak bencana, BPBD Kota Sukabumi secara rutin melakukan monitoring lapangan ke sejumlah wilayah rawan bencana. Langkah ini dilakukan untuk memastikan kesiapsiagaan masyarakat serta mempercepat penanganan jika bencana terjadi.
“Tim kami setiap ada kejadian bencana langsung turun ke lapangan, terutama untuk memulihkan sarana vital yang terganggu. Misalnya, jika longsor menutup aliran sungai, kami segera lakukan pembersihan agar tidak memicu banjir,” ungkap Suhendar.
Selain penanganan darurat, BPBD juga menyalurkan bantuan logistik seperti sembako, terpal, dan perlengkapan dasar bagi warga terdampak bencana sebagai bentuk dukungan pemulihan awal. “Kami berupaya agar setiap korban mendapat bantuan sesuai kebutuhan dasar mereka, sambil menunggu proses perbaikan atau bantuan lanjutan dari pemerintah,” tambahnya.
Suhendar mengingatkan warga agar tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem, terutama pada akhir tahun yang biasanya disertai peningkatan curah hujan. Ia juga menekankan pentingnya peran masyarakat dalam menjaga lingkungan sebagai bentuk pencegahan dini terhadap bencana.
