Posyandu Pintu Utama Deteksi Dini Penanganan Stunting

Ist
DOKPIM/PEMKOT SUKABUMI NARASUMBER: Ketua TP-PKK Kota Sukabumi, Ranty Rachmatilah (kiri), tampil sebagai narasumber pada program Formasi Asik (Forum Reformasi Birokrasi Tematik).
0 Komentar

JL R SYAMSUDIN – Keberhasilan Kota Sukabumi dalam menurunkan angka prevalensi stunting secara signifikan pada tahun 2024 dari 26,9 persen menjadi 19,7 persen kembali mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak. Pemerintah pusat memberikan insentif fiskal sebesar Rp5,5 miliar, sementara Pemerintah Provinsi Jawa Barat menganugerahkan Penghargaan Terbaik 1 Aksi Konvergensi Penurunan Stunting 2024.

Selain itu, capaian tersebut mengundang perhatian media, salah satunya TVRI Jawa Barat, yang menghadirkan Ketua TP-PKK Jawa Barat, Siska Gefrianti dan Ketua TP-PKK Kota Sukabumi, Ranty Rachmatilah, sebagai narasumber dalam program Formasi Asik (Forum Reformasi Birokrasi Tematik) pada Jumat (21/11).

Dalam dialog yang dipandu Gilang Hafizi, Ranty menjelaskan secara mendalam upaya Pemerintah Kota Sukabumi dalam menekan angka stunting melalui penguatan Posyandu sebagai pintu awal deteksi dini dan pusat layanan masyarakat.

Baca Juga:Refleksi dan Apresiasi bagi Guru Momentum Kuatkan Mutu PendidikanDorong Kenaikan PAD Lewat Pelatihan Pengolahan Hasil Peternakan

Ranty menegaskan bahwa Posyandu bukan lagi sekadar tempat penimbangan dan pemantauan tumbuh kembang balita. Sejalan dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2024, Posyandu kini memikul peran yang jauh lebih luas.

Transformasi ini menempatkan Posyandu sebagai pusat layanan yang melaksanakan enam Standar Pelayanan Minimal (SPM), meliputi sektor kesehatan, pendidikan, sosial, perumahan, hingga dukungan layanan dasar lainnya.

Ia menjelaskan bahwa Posyandu merupakan “pintu utama deteksi dini” terhadap berbagai persoalan kesehatan keluarga, mulai dari pemeriksaan kehamilan, tanda-tanda risiko stunting, hingga lingkar lengan yang tidak normal. Banyak kasus stunting, jelasnya, dapat diantisipasi lebih cepat ketika kader mampu membaca gejala sejak awal.

“Di lapangan, kader Posyandu sering menemukan persoalan yang terkait dengan pernikahan dini, ketidaksiapan remaja menjadi orangtua, atau kurangnya pengetahuan gizi,” ungkapnya. Kondisi-kondisi tersebut, menurut Ranty, memberikan dampak langsung terhadap kualitas kesehatan ibu dan anak.

Ranty memaparkan bahwa penanganan stunting tidak dapat berdiri sendiri tanpa memperhatikan faktor pendidikan dan karakter remaja. Ia menjalankan program PKK Go To School, mengumpulkan ketua OSIS dari tingkat SMP dan SMA untuk memberikan edukasi tentang kesehatan reproduksi, risiko pernikahan dini, perilaku berbahaya, dan pilihan hidup yang harus dipikirkan sejak usia muda.

Menurutnya, anak-anak usia remaja seringkali belum mampu memikirkan dampak jangka panjang dari keputusan yang mereka ambil. Maka, edukasi perlu diberikan secara serius.Ranty bahkan memperkenalkan tagline khusus Kota Sukabum: “Iman untuk Imun”, sebagai simbol bahwa ketahanan moral dan karakter menjadi benteng pertama melindungi anak dari risiko sosial dan kesehatan.

0 Komentar