Tradisi dalam masyarakat merupakan sebuah bentuk aktivitas yang dilakukan secara terus menerus dan membentuk sebuah kebiasaan yang melekat dalam kehidupan masyarakat. Tradisi ini menunjukkan sebuah nilai budaya dan kearifan lokal yang menjadi panduan bagi masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan menjadi warisan budaya yang penting untuk dilestarikan dan dijaga keberadaannya. Hal ini juga berlaku di Tanah Pasundan, dimana masih banyak desa yang memegang teguh tradisi dan budaya Sunda.
Budaya Sunda sendiri telah tumbuh dan berkembang sejak zaman Kerajaan Pajajaran di mana Prabu Siliwangi memerintahkan untuk penanganan ajaran budaya Sunda sebagai warisan moral yang sangat tinggi dan mengagungkan alam semesta sebagai tempat hidup manusia.
Ajaran Sunda terdapat dalam kitab atau serat Sanghyang Siksakandi ng Karesian yang memberikan panduan hidup agar manusia bisa hidup dengan sejahtera dan menjadi manusia yang bijaksana dan unggul. Kitab ini juga menjelaskan bahwa ketika terjadi kematian di Tanah Sunda.
Baca Juga:6 Spot Camping Alam Instagramable di SukabumiPantai Ujung Genteng: Permata Tersembunyi di Sukabumi
Maka manusia yang meninggal harus bersatu kembali dengan tanah karena bumi adalah ibu yang melahirkan dan matahari adalah bapak yang memimpin. Karena itu, kematian harus dikembalikan kepada Ibu Bumi yang telah melahirkan dan menghidupi manusia di dunia.
Salah satu tradisi sunda yang masih dilestarikan adalah tradisi selamatan kematian. Dalam tradisi ini terdapat unsur-unsur Islam seperti tausiyah, doa, ayat-ayat Al-Qur’an, sholawat, dan berdzikir. Selain itu, terdapat juga tradisi seserahan yang dilakukan pada upacara kematian.
Sasaji, sebuah persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dijadikan sebagai bentuk penghormatan kepada Tuhan atas segala anugerah dan mempersembahkannya kepada manusia dan alam semesta. Sasaji ini disajikan pada upacara kematian untuk mendoakan agar manusia yang meninggal ditempatkan di Suwargaloka atau Surganya Tuhan.
Sasaji sendiri merupakan sebuah singkatan dari kata Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu, yang bermakna “Tulisan semesta untuk menjauhi kerugian”. Kitab ini adalah panduan bagi orang Sunda dalam menjalani kehidupannya dan dianggap sebagai tulisan agung dari Tuhan yang disiratkan dalam bentuk nyata.