“Tetapi tidak otomatis berbanding lurus dengan elektabilitas karena
dimensi aksesibilitas itu luas jangkauannya,” katanya.
Latar belakang JK yang mantan wapres dan juga memiliki jaringan organisasi yang sangat luas, seperti Dewan Masjid Indonesia (DMI) dan PMI, jelas masih berpengaruh.
“Tapi Pak JK harus konsiten juga. Sebab Pak JK juga memainkan gestur politik. Pak JK punya pengalaman politik yang panjang dan bahkan punya kedekatan dengan pihak Ganjar dan hubungan panjang dengan Jokowi,” ujarnya.
Baca Juga:Ini Pesan Megawati untuk Gibran: Berpolitik Harus Waspada ManuverJokowi Kembali Bertemu Zelensky di KTT G7
“Tapi pengaruh JK jelas masih berpengaruh khusnya pemlih tradisonal di Sulsel,” sambung Adi.
Pengajar dan Peneliti Departemen Ilmu Politik FISIP Unhas A Ali Armunanto berpendapat lain. Menurutnya, dukungan JK ini belum tentu bisa memenangkan Anies di Sulsel.
“Belum tentu, pilihan partai berbeda dengan pilihan pilpres. Dalam pemilu legislatif, pemilih dihadapkan pada banyak pilihan nama tokoh dan terkadang mereka hanya tahu tokoh dan nomor urutnya tanpa tahu partainya,” katanya.
Kalaupun di-endorse JK, caleg PKS harus lebih menyosialisasikan partai asal mereka dan membuat asosiasi yg dibutuhkan dengan image JK.
Terkait Aniesi, mungkin ada pengaruh signifikan, tetapi juga harus berasumsi bahwa Prabowo adalah pemenang Pilpres 2019 di Sulsel. Prabowo juga masih memiliki infrastruktur yang kuat.
Demikian pula kelompok relawan seperti Projo yang juga masih kuat di Sulsel.
“Jadi saya rasa semua tergantung bagaimana strategi marketing politik mereka nantinya,” kata Ali. (mum/zuk/fajar)