SUKABUMIEKSPRES– Butuh Kolaborasi Percepat Penanganan Kasus Stunting, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Sukabumi menggelar rembuk stunting, Selasa (1/8).
Tujuannya, menjadikan Kota Sukabumi zero new stunting atau tidak ada penambahan kasus baru stunting.
Wali Kota Sukabumi, Achmad Fahmi mengatakan, pemerintah pusat sudah mengintruksikan kepada setiap kota dan kabupaten menekan angka prevalensi stunting.
Baca Juga:Partai Gelora Segera Deklarasi Dukung PrabowoPBB Deklarasi Dukungan Prabowo Subianto Capres 2024
“Jadi kita lakukan rembuk ini bertujuan untuk membangun kembali semangat kebersamaan dan kesepahaman terkait pentingnya penanganan angka stuntung,” ujar Fahmi kepada wartawan seusai kegiatan, kemarin (1/8).
Pada 2021-2022 Kota Sukabumi sempat mengalami kenaikan angka sebesar 0,1 persen.
“Maka kita berharap di tahun ini angkanya harus menurun. Mudah-mudahan lewat sebuah gerakan ini bisa menekan zero new stunting,” ungkapnya.
Untuk penurunan stunting terintegrasi harus melibatkan semua stake holder atau pemangku kepantingan, seperti hadirnya Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), organisasi profesi, dan lembaga lainnya.
“Jadi, sekali lagi ini bukan hanya menjadi tugas pemda saja, melainkan semua harus terlubat supaya mempercepat penrunan angka stunting,” jelasnya.
Kepala Bappeda Kota Sukabumi, Reni Rosyda Mutmainah, menargetkan Kota Sukabumi harus zero new stunting. Di sisi lain, angka kasusnya naik meskipun tak signifikan.
“Tapi ini merupakan tantangan bagi kami karena mereka baru kita temukan. Artinya screening harus dilakukan secara dini sehingga intervensi bisa dilakukan,” imbuhnya.
Pada 2022 terjadi penambahann kasus stunting sebanyak 1.235 kasus. Tetapi temuan itu karena semakin banyak balita yang di-screening.
Baca Juga:JK Gregetan, Sebut Golkar Lambat dan Terlalu Bergantung dengan KoalisiHasto Ungkap Bakal Ada Partai yang Merapat Dukung Ganjar
“Kalau dulu sekitar 70 persen yang datang ke posyandu, hingga terdeteksi saat ini sampai 90 persen,” ucapnya.
Untuk mengintervensi stunting, terdapat empat inovasi yakni sistem informasi, pemanfaatan pangan lokal, posyandu remaja, dan kegiatan pemberdayaan remaja.
“Empat inovasi ini untuk menyelesaikan keluarga berisiko stunting,” pungkasnya. (mg4)