SUKABUMIEKSPRES – Film adaptasi “The Great Gatsby” tahun 2013, yang disutradarai oleh Baz Luhrmann, memberikan tafsiran baru terhadap kisah klasik F. Scott Fitzgerald. Dalam versi ini, tema cinta terlarang dan kehidupan hedonistik kaum jutawan di era Roaring Twenties menjadi sorotan utama.
Kisah cinta antara Jay Gatsby (diperankan oleh Leonardo DiCaprio) dan Daisy Buchanan (diperankan oleh Carey Mulligan) menjadi inti dari narasi. Gatsby, seorang jutawan misterius, telah menyimpan cintanya pada Daisy, yang sekarang telah menikah dengan Tom Buchanan (diperankan oleh Joel Edgerton). Ketegangan cinta segitiga ini menggambarkan keinginan dan keputusasaan, serta ketidakpuasan Gatsby terhadap kehidupannya meski sudah memiliki kekayaan.
Film ini secara visual memperkuat tema hedonisme dengan penggambaran pesta-pesta mewah dan eksesif yang diadakan oleh Gatsby di rumahnya yang megah. Pesta dengan tarian liar, minuman berlimpah, dan hiburan yang berlebihan menciptakan atmosfer kemewahan yang mencerminkan gaya hidup kaum jutawan pada masa itu. Namun, di balik gemerlapnya, terdapat kesepian dan ketidakpuasan yang dirasakan oleh karakter-karakter utama.
Baca Juga:Wuling EV Cabrio Terobosan Baru Mobil Listrik dengan Atap Buka-TutupPerforma Mesin Tangguh Mini EV Wuling Hongguang
Melalui karakter Nick Carraway (diperankan oleh Tobey Maguire), penulis dalam cerita ini, film ini mengajukan kritik terhadap kekosongan moral dan materialisme di kalangan kelas atas. Meskipun hidup dalam kemewahan, kehidupan para jutawan seringkali dipenuhi dengan ketidakpuasan dan kekosongan batin. Gatsby mencoba mengisi kekosongan ini dengan cintanya pada Daisy, sementara Daisy mencari kebahagiaan dalam materi dan gaya hidup hedonistik.
Meskipun dipenuhi dengan kemeriahan dan kegembiraan, film ini menyampaikan pesan bahwa kehidupan hedonistik tidak selalu membawa kebahagiaan. Akhir tragis dari kisah ini menyuguhkan kesedihan di balik kilauan kehidupan jutawan. Kontrast antara kemewahan dan ketidakpuasan membawa penonton untuk merenung tentang arti sebenarnya dari kebahagiaan dan kesuksesan.
Baz Luhrmann menggunakan estetika visual yang mencolok dan penuh gaya untuk mengekspresikan kekacauan dan kemewahan era Roaring Twenties. Penggunaan musik kontemporer, desain set yang megah, dan kostum-kostum yang mencolok semakin memperkuat atmosfer film ini.
Dengan mempertahankan esensi kisah klasik F. Scott Fitzgerald, film ini memberikan penekanan visual yang kuat pada tema cinta terlarang dan hedonisme kehidupan jutawan. Melalui karakter-karakternya yang kompleks dan narasi yang megah, “The Great Gatsby” (2013) berhasil membawa penontonnya ke dalam dunia kilauan dan kehampaan di balik kehidupan gemerlap kaum elit pada masa itu.