SUKABUMI EKSPRES — Politikus Muda Tsamara Amany, kembali mencuri perhatian publik usai memberikan pembelaan terhadap penampilan Gibran Rakabuming Raka usai debat Pilpres di Jakarta Convention Centre (JCC), Senayan, Jakarta, Minggu (21/1/2024).
Seperti diketahui, Gibran pada debat tersebut menuai sorotan negatif karena terkesan melecehkan dan dianggap tidak sopan terhadap lawan debatnya.
“Mengapa kalau anak muda yang keras dan kritis selalu dianggap tidak sopan?,” ujar Tsamara dalam keterangannya @TsamaraDKI (22/1/2024).
Baca Juga:Optimalkan Kembali Gebrak RoastingHadapi Dampak Perubahan Iklim Global, TNI AD Gelar Komsos
Lanjut Tsamara, jika sebaliknya yang terjadi, maka kemungkinan tidak akan ada yang membicarakannya seperti yang terjadi pada Gibran.
“Tetapi jika yang melakukan itu adalah orang tua ke anak muda selalu dianggap biasa saja,” ucapnya.
“Kita sebagai anak muda diminta menerima seolah itu sesuatu yang biasa saja. Apakah ini tidak standar ganda?,” tandasnya.
Sebelumnya, Putri sulung Presiden Indonesia Abdurrahman Wahid atau kerap disapa Alissa Wahid, mengaku tidak simpati dengan penampilan Gibran Rakabuming Raka pada lanjutan debat Pilpres 2024.
Cawapres nomor urut 2 itu dikatakan Alissa terkesan tidak menghormati lawan debatnya yang jauh lebih tua dari dirinya.
“Menyayangkan sikap mas Gibran malam ini,” ujar Alissa dalam keterangannya di aplikasi X @AlissaWahid (21/1/2024).
Diungkapkan Alissa, kemungkinan Gibran ingin bertingkah jahil di atas panggung, hanya saja dia terkesan melecehkan orang lain.
“Sedikit jahil berbeda dengan sikap melecehkan orang lain,” ucapnya.
Baca Juga:Lansia Tewas Diduga Tersengat Listrik Saat Membersihkan Pohon PisangDihantam Ombak Besar, Satu Orang Nelayan di Ujunggenteng Tenggelam
Bukan satu dua kali, kata Alissa, sikap Gibran yang terkesan melecehkan itu berulang-ulang kali dia lakukan.
Tsamara Amany Alatas –Instagram/@tsamaradki
“Dan itu yang tadi ditunjukkan mas Gibran berulang-ulang kepada kedua kandidat lain,” tukasnya.
Belajar dari sikap Gibran, diceritakan Alissa, beberapa tahun lalu anaknya menanyakan terkait cara menunjukkan sikap di hadapan orang lain.
“Beberapa tahun lalu, anak saya bertanya apakah tidak boleh sama sekali menyebut kata bodoh atau banci,” Alissa menuturkan.
Mendapatkan pertanyaan itu, Alissa di hadapan anaknya mengatakan setiap kata merupakan sesuatu yang netral, yang membedakan adalah iktikad atau etika.
“Kalau niatnya merendahkan orang lain, bahkan kata yang sekilas sopan pun tidak boleh digunakan,” imbuhnya.