AMIN Tolak Program IKN, Tom Lembong Beri Penjelasan Begini

AMIN Tom Lembong
AMIN Tom Lembong
0 Komentar

SUKABUMIEKSPRES – Tom Lembong yang merupakan salah satu pendiri Asosiasi Mantan Pejabat Negara Republik Indonesia (AMIN), mengungkapkan beberapa alasan mengapa AMIN menolak Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Berikut adalah beberapa alasan yang dibeberkan Tom Lembong terkait penolakan AMIN:
1. Prioritas Mendesak: AMIN menilai bahwa ada banyak masalah yang lebih mendesak untuk diselesaikan di Indonesia dibandingkan membangun IKN baru. Contohnya, seperti:

-Harga pangan yang tinggi
-Kurangnya lapangan pekerjaan
-Biaya pendidikan yang tinggi
Akses kesehatan yang belum merata

2. Dana Pembangunan IKN: Paslon no urut 2 mempertanyakan sumber dana pembangunan IKN yang mencapai Rp 500 triliun, menurutnya dana tersebut lebih bermanfaat untuk digunakan untuk:

Baca Juga:Ramalan Zodiak Asmara Sagitarius dan Aries Hari Ini, 2 Februari 2024Ramalan Zodiak Keuangan Leo dan Virgo Hari Ini, 2 Februari 2024

-Meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat
-Membangun infrastruktur di daerah-daerah tertinggal
-Meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan

3. Kurangnya Partisipasi Publik: Paslon no urut 2 juga mengkritik proses pengesahan Undang-Undang tentang Ibu Kota Negara (UU IKN), yang dianggap tidak melibatkan partisipasi publik. Mereka menilai bahwa UU IKN hanya menguntungkan segelintir orang.

4. Keberhasilan IKN Tidak Terjamin: Teragukan juga keberhasilan IKN Nusantara dalam mencapai tujuannya. AMIN mempertanyakan apakah IKN benar-benar akan menjadi kota yang ramah lingkungan, berkelanjutan, dan modern.

5. Ketidakjelasan Tata Kelola IKN: AMIN mempertanyakan tata kelola IKN yang masih belum jelas. AMIN khawatir bahwa IKN akan menjadi kota yang tidak terencana dan tidak terkelola dengan baik.

Tom Lembong menegaskan bahwa AMIN tidak anti-pemerintah. AMIN hanya ingin pemerintah fokus menyelesaikan masalah-masalah yang lebih mendesak, dan menggunakan dana pembangunan IKN untuk hal-hal yang lebih bermanfaat bagi rakyat.

 

0 Komentar