Makanan Tinggi Kalori: Musuh atau Sahabat? Kenali Manfaat, Risiko, dan Cara Bijak Mengonsumsinya

Makanan Tinggi Kalori
Makanan Tinggi Kalori ( Sumber Gambar: ilustrasi/Pixabay/ RitaE)
0 Komentar

Pasien Pemulihan Penyakit: Misalnya pasca-operasi atau kanker yang membutuhkan asupan energi untuk mempercepat penyembuhan.

Individu dengan Metabolisme Tinggi: Orang dengan hipertiroidisme atau genetik tertentu yang sulit menambah berat badan.

Cara Menambahkan Kalori Sehat ke Dalam Menu Harian

Sarapan: Oatmeal dengan potongan alpukat, madu, dan taburan kacang kenari.

Baca Juga:10 Makanan Rendah Kalori yang Bikin Kenyang dan Cocok untuk Diet5 Inspirasi Menu Buka Puasa untuk Diet yang Sehat dan Rendah Kalori

Camilan: Smoothie pisang dengan susu almond, selai kacang, dan biji chia.

Makan Siang/Malam: Nasi merah dengan salmon panggang, tumis sayuran menggunakan minyak zaitun.

Tambahan Kalori: Taburkan keju parut atau alpukat pada salad, atau tambahkan telur rebus ke dalam sandwich.

Risiko Konsumsi Berlebihan

Meski dibutuhkan oleh sebagian orang, konsumsi makanan tinggi kalori tanpa kontrol bisa menyebabkan:

Obesitas dan penumpukan lemak visceral.

Peningkatan Risiko Penyakit Jantung akibat lemak jenuh dan kolesterol.

Diabetes Tipe 2 dari kebiasaan mengonsumsi gula tambahan berlebihan.

Gangguan Pencernaan seperti kembung atau GERD jika terlalu banyak lemak atau gula.

Makanan tinggi kalori bukanlah “musuh” jika dikonsumsi dengan bijak. Kuncinya adalah memilih sumber yang bernutrisi, mengatur porsi, dan menyesuaikan dengan kebutuhan tubuh.

Bagi yang ingin menambah berat badan, kombinasikan dengan olahraga untuk membentuk massa otot, bukan sekadar lemak. Sebaliknya, bagi yang perlu membatasi kalori, fokuslah pada makanan rendah kalori namun tinggi serat dan protein. Dengan pemahaman yang tepat, makanan berkalori tinggi bisa menjadi bagian dari gaya hidup sehat!

Baca Juga:3 Resep Kue Kering Rendah Kalori, Sehat dan Tetap EnakSibuk Tidak Jadi Alasan! Olahraga Sederhana Efektif Membakar Kalori dalam Waktu Singkat

Artikel ini ditulis untuk tujuan edukasi. Konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi untuk rekomendasi pola makan spesifik sesuai kondisi kesehatan Anda.

0 Komentar