Indonesia jadi Negara Paling Religius di Dunia Tapi 'Nakal'

Indonesia Religius tapi nakal
Harvey Moeis dan Sandra dewi (kiri), Jaksa Pinangki (tengah), Gus Miftah (kanan)
0 Komentar

Ada uang serangan fajar dalam pemilu atau pilkada, amplop untuk melancarkan urusan birokrasi, hingga kebiasaan mengambil barang yang bukan miliknya dengan alasan “cuma sedikit” atau “cuma sekali”. Namun, dari korupsi kecil inilah lahir koruptor besar yang kelak memakan uang rakyat.

Yang paling memuakkan adalah ketika seorang terdakwa korupsi di pengadilan biasanya terlihat dengan rapi dan tasbih di tangan, seolah-olah ingin mengingatkan dunia bahwa dirinya masih beriman. Padahal, segala hal yang berbau agama hanyalah topeng untuk menutupi hati yang kotor.

Mereka mengangkat tangan untuk berdoa, namun tangan yang sama juga merampas hak orang lain. Lebih tragis lagi, budaya ini menular ke generasi muda. Ketika anak-anak melihat orang dewasa menganggap korupsi kecil sebagai hal yang biasa, mereka menirunya—seperti menyontek di sekolah atau mengambil barang yang bukan miliknya. Mereka belajar bahwa nilai-nilai agama bisa dinegosiasi demi kenyamanan.

Baca Juga:Film Horor Aplikasi Iblis Garapan Dimas Anggara Siap Tayang di BioskopReview Spesifikasi Vivo V50 5G: Desain Premium Penuh Keunggulan Fitur Menarik, Segini Harganya

Ini adalah tanda bahwa akar masalah bukan hanya pada individu, tetapi juga pada sistem dan budaya kita secara keseluruhan. Korupsi bukan sekadar masalah hukum, melainkan cermin dari kerusakan moral bangsa ini. Selama agama hanya menjadi ritual tanpa makna, korupsi akan terus menggerogoti Indonesia. Namun, jangan hanya salahkan sistem—salahkan juga diri kita, karena kita adalah bagian dari sistem tersebut.

2. Ketidaksopanan

Di Indonesia, istilah seperti sopan santun dan adab telah lama menjadi bagian dari budaya. Namun, mari kita jujur, nilai-nilai tersebut kini hanya tinggal slogan.

Kesopanan seakan menjadi barang langka, bahkan di negara yang bangga dengan budaya ramah tamahnya. Faktanya, Indonesia tercatat sebagai negara dengan tingkat ketidaksopanan tertinggi di dunia maya, menurut survei Digital Civility Index yang dilakukan oleh Microsoft.

Namun, masalah ini tidak hanya ada di dunia maya. Di dunia nyata, ketidaksopanan juga begitu mencolok. Tawuran pelajar, misalnya, masih menjadi pemandangan yang memalukan. Anak-anak sekolah yang seharusnya belajar ilmu dan adab malah membawa senjata tajam dan saling melukai demi gengsi yang bahkan tidak masuk akal.

0 Komentar