Saat ini, memang belum ada korban yang terdata dalam aplikasi ini. Selain modus meminta pengguna memberikan “like” pada video, terdapat modus lain yang digunakan, yaitu skema “dana kekayaan.” Dalam skema ini, aplikasi menjanjikan investasi dengan keuntungan hingga 1.000%.
Dari penawaran ini saja, sudah jelas bahwa konsep tersebut tidak masuk akal. Hanya orang yang tidak berpikir secara kritis yang mau menginvestasikan uangnya dalam aplikasi semacam ini.
Namun, ada juga individu yang sebenarnya cerdas, tetapi justru memanfaatkan kepintarannya untuk menipu orang lain. Orang-orang semacam ini sering kali menjadi cikal bakal koruptor karena terbiasa mengambil keuntungan dari hak milik orang lain.
Baca Juga:Muncul Lagi Aplikasi BWM yang Berkedok Baca Novel Dapat Uang Scam6 Negara dengan Puasa Ramadan Terpendek di Dunia, Ada yang Hanya 1 Jam
Selain itu, aplikasi ini juga menawarkan fitur “roda keberuntungan,” di mana pengguna berkesempatan memenangkan hadiah seperti iPhone 15 atau Vivo Y29. Jika ada yang benar-benar mendapatkan hadiah tersebut, sumber dananya berasal dari deposit yang dilakukan oleh seluruh anggota. Dengan kata lain, pengguna secara tidak langsung “patungan” untuk membiayai hadiah-hadiah tersebut.
Modus investasi berbasis “like video” seperti ini sebenarnya sudah pernah digunakan oleh aplikasi Ponzi sebelumnya, seperti MSL dan Simonida Media.
Kedua aplikasi tersebut sempat viral dan terkenal karena terbukti membayar anggotanya pada tahap awal, memiliki kantor, serta sering mengadakan pertemuan dan kegiatan sosial. Bukti rekam jejaknya masih dapat ditemukan di internet, meskipun kantor-kantornya kini telah dihapus. Sebagai contoh, terdapat laporan yang meminta para korban PT MSL untuk melapor.
Aplikasi penipuan seperti ini tidak hanya muncul di Indonesia, tetapi juga tersebar di berbagai negara, seperti Pakistan dan India. Selain MSL, Simonida Media juga menjadi contoh lain dari skema serupa. Terdapat berbagai ulasan di internet yang menyoroti penipuan Simonida Media, termasuk pertanyaan mengenai siapa yang akan bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan.
Oleh karena itu, jika suatu saat aplikasi WPP ini memiliki kantor dan melakukan kegiatan sosial, jangan langsung percaya. Semua itu hanyalah strategi untuk menarik korban agar bergabung.
Selain itu, aplikasi penipuan semacam ini sering kali mencatut nama perusahaan asli agar terlihat lebih meyakinkan. Jika mencari “WPP” di Google, akan ditemukan situs resmi www.wpp.com, yang merupakan perusahaan induk multinasional asal Britania Raya yang bergerak di bidang komunikasi, periklanan, hubungan masyarakat, dan teknologi sejak tahun 1971.