Benarkah Pertamax Ron 92 Petamina Sama dengan Pertalite? Menguak Kandungan Pertamax Hasil Oplosan di Indonesia

Pertamax Hasil Oplosan di Indonesia
Kandungan Pertamax Hasil Oplosan di Indonesia
0 Komentar

Tahap kedua adalah proses tengah atau midstream, yang meliputi pemurnian dan penyulingan minyak mentah dari zat-zat kimia alami seperti sulfur dan karbon dioksida agar dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor. Pada tahap ini, terdapat proses yang dikenal sebagai blending, yang merupakan kunci utama dalam mengubah minyak mentah menjadi bahan bakar yang layak pakai.

Dalam tahap pemurnian ini, terdapat tiga proses utama:

– Destilasi (Penyulingan Awal)

Pada proses ini, minyak mentah yang disalurkan melalui pipa ke dalam tabung besar dipanaskan pada suhu tertentu.

– Konversi

Setelah melalui proses destilasi, minyak mentah akan menghasilkan berbagai fraksi seperti naphtha, gas, kerosin, dan solar. Zat-zat ini kemudian dipecah sesuai dengan kandungan hidrokarbonnya menggunakan teknologi catalytic cracking. Teknologi ini memanfaatkan suhu tinggi untuk mengubah residu berat dari minyak mentah menjadi produk yang lebih ringan. Pada tahap ini, naphtha atau bensin sudah mulai terbentuk, tetapi masih memiliki kandungan sulfur yang sangat tinggi.

– Blending (Pengolahan Lanjutan)

Baca Juga:Admin Aplikasi SEI Sudah Tidak Aktif Indikasi Kabur, Member Makin Resah Uangnya Tak Akan KembaliReview Lengkap Huawei Mate X6 Sebagai Ponsel Lipat Tercanggih yang Akan Masuk Indonesia

Setelah melalui proses cracking dan reforming, kilang biasanya dilengkapi dengan unit hydrotreating untuk menghilangkan kontaminan serta memenuhi spesifikasi mutu bahan bakar. Pencampuran atau blending dengan senyawa kimia tertentu digunakan untuk menyingkirkan sulfur dan kotoran serta meningkatkan kadar oktan agar sesuai dengan standar bahan bakar.

3. Proses Hilir

Tahap terakhir adalah proses hilir, di mana produk yang telah diproses, seperti Pertalite, Pertamax dengan berbagai nilai oktan, serta solar, akan dicampur kembali (blending jika diperlukan) guna mencapai spesifikasi final yang tepat. Misalnya, pencampuran komponen hasil reforming, FCC alkilat, etanol tambahan, dan zat lainnya agar menghasilkan bahan bakar yang layak dikonsumsi oleh kendaraan bermotor.

Kualitas Pertalite yang dianggap “kotor” disebabkan oleh tingginya kandungan sulfur dalam minyak mentah yang digunakan, serta proses pemurnian yang tidak seketat bahan bakar dengan nilai oktan lebih tinggi seperti Pertamax Turbo. Oleh karena itu, meskipun Pertalite masih memenuhi standar bahan bakar nasional, kualitasnya sering kali dianggap lebih rendah dibandingkan dengan jenis bahan bakar lain yang memiliki kandungan sulfur lebih rendah.

0 Komentar