Jika dipikirkan lebih dalam, mentalitas seperti ini sebenarnya merugikan semua orang. Jika lingkungan terus-menerus menjatuhkan mereka yang sukses, siapa yang akan maju? Siapa yang akan menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya?
Kesimpulan
Dari semua yang telah dibahas, satu hal yang jelas adalah budaya sosial yang toksik ini bukan hanya masalah individu, melainkan sudah menjadi pola sosial yang mengakar. Gosip, tekanan sosial, iri hati, dan mentalitas kolektif yang berlebihan membuat banyak orang lebih sibuk mengurus kehidupan orang lain daripada memperbaiki diri sendiri.
Namun, budaya ini tidak akan hilang dalam semalam. Selama masih ada orang yang lebih senang menjatuhkan daripada mendukung, selama masih ada lingkungan yang lebih sibuk mengontrol kehidupan orang lain daripada melakukan introspeksi, budaya ini akan terus bertahan.
Baca Juga:Catat! Ini Jadwal Flash Sale KAI Diskon Tiket Jelang Lebaran 2025Kiat Lengkap Menangani Mobil Terendam Banjir hingga Mesin Rusak Tak Perlu Langsung Panik
Meski begitu, bukan berarti Anda harus ikut tenggelam di dalamnya. Pada akhirnya, hidup adalah milik Anda sendiri. Anda yang merasakan jatuh bangunnya, dan Anda yang mengetahui apa yang terbaik untuk diri sendiri.
Anda bisa memilih untuk tunduk pada tekanan sosial atau tetap berjalan sesuai dengan prinsip yang Anda yakini. Jika lingkungan terasa terlalu toksik, Anda selalu memiliki pilihan, yaitu bertahan dengan batasan yang jelas atau perlahan menjauh dari mereka yang tidak membawa manfaat bagi kehidupan Anda.