SUKABUMI EKSPRES – Salah satu kasus yang sampai hari ini masih sering disalahpahami adalah kasus pelecehan seksual. Banyak orang masih bingung atau bahkan terbalik dalam melihat siapa yang patut disalahkan—pelaku, atau justru korban?
Siapa sebenarnya yang bersalah? Apakah laki-laki dengan pikiran kotor? Atau perempuan yang dinilai berpakaian terlalu terbuka di zaman sekarang? Atau mungkin sebaliknya?
Selamat datang di segmen Belajar Aja. Kami merasa muak melihat bagaimana dalam kasus-kasus seperti ini, masyarakat masih cenderung menyalahkan salah satu pihak berdasarkan gender.
Baca Juga:Hati-hati! Aplikasi Rice Rich Gunakan Modus Investasi Sawah Skema PonziWaspada Aplikasi Paloma Asia Pacific Limited PAC Setelah Luncurkan Icoin
Ketika korban adalah perempuan, sering kali dia disalahkan—katanya karena pakaiannya, atau dianggap mudah dimanipulasi. Sebaliknya, ketika korban adalah laki-laki, banyak orang justru tidak percaya bahwa laki-laki bisa menjadi korban pelecehan. Padahal, dalam dua situasi tersebut, korban tetaplah korban.
Lalu mengapa kasus-kasus biadab seperti ini terus terjadi? Dari kalangan bawah hingga kalangan atas, bahkan pada profesi-profesi yang seharusnya mulia, selalu saja ada oknum yang terlibat dalam tindakan tercela ini. Penyebabnya hanya satu, yaitu nafsu.
Pelaku pelecehan seksual adalah individu yang hina karena tidak mampu mengendalikan nafsu dan fantasi liar mereka. Mereka merasa seolah-olah memanipulasi korban adalah tindakan yang cerdas dan memuaskan.
Jika Anda masih berpikir bahwa pelecehan terjadi karena korbannya mudah dimanipulasi atau bahkan menyalahkan korban karena penampilannya, percayalah—pelaku pelecehan adalah orang yang bermasalah secara psikologis. Mereka berbeda dari kebanyakan orang yang mungkin hanya terpicu nafsu ketika melihat konten tertentu.
Faktanya, banyak korban pelecehan yang telah berpakaian sopan tetap menjadi sasaran. Bahkan ada kasus mengerikan di mana seorang anak kecil dilecehkan saat sedang salat Subuh di masjid. Apakah masih ada yang ingin menyalahkan anak itu karena dianggap tidak bisa menjaga diri?
Pada akhirnya, dalam semua kasus yang melibatkan laki-laki sebagai pelaku, jelas bahwa pelakunya adalah orang yang tidak mampu mengendalikan diri. Mereka bertindak semaunya tanpa empati, dan sama sekali tidak pantas dimaklumi.
Lalu, bagaimana dengan perempuan? Nyatanya, perempuan juga bisa menjadi salah satu faktor yang turut berkontribusi terhadap terjadinya pelecehan. Loh, bagaimana bisa?