“Kain tenun Batak kontemporer merupakan hasil riset dari berbagai macam elemen seni dan budaya Batak untuk menghasilkan kain yang bisa mengisi kebutuhan orang masa kini selain kebutuhan adat. Kami tetap mempertahankan intisari dari seni budaya yang diadaptasi, tanpa mengusik kain dengan motif dan kegunaan yang bernilai sakral,” katanya.
Pameran ini menampilkan koleksi tenun (tekstil dan produk mode) karya inovasi perajin dari kelompok binaan Jabu Bonang.
Terdapat tiga ruangan yang masing-masingnya menceritakan perjalanan Toba Tenun. Pertama adalah ruang legacy yang memberikan penjelasan tentang filosofi dan pergerakan budaya dan gambaran bagaimana penggunaan tenun Batak dalam kehidupan masyarakat Batak. Pada ruangan ini juga menampilkan koleksi Ulos lawas Pinusaan.
Baca Juga:Mendag: Presidensi G20 Indonesia 2022 Bantu Dukung Pemulihan Ekonomi DuniaGelar G20 TIIWG, Kemendag Bersinergi Pulihkan Ekonomi Global
Ruangan kedua adalah innovation yang bercerita tentang komitmen Toba Tenun dalam merevitalisasi tenun Batak secara bertanggung jawab (sustainable), pengembangan motif-motif kontemporer turunan dari motif tenun Batak, hingga informasi terkait ekosistem Tenun di Sumatera Utara.
Ruangan ketiga bernama community yang menampilkan kekuatan ekosistem tenun berbasis komunitas dan kelompok kerja. Toba Tenun memiliki rumah komunitas partonun Jabu Bonang serta kampanye tentang fair trade dan transparansi bisnis bagi perajin.
“Keunggulan nilai-nilai kearifan lokal serta kekuatan komunitas mampu menjadi model pembangunan yang berlandaskan kebudayaan. Kami juga menekankan bahwa ekosistem masyarakat lokal dapat menjadi penguatan pertumbuhan ekonomi, sosial, dan ekologis,” imbuhnya. (*)