Tradisi Hari Nelayan Potensi Pariwisata Sukabumi

Tradisi Hari Nelayan
TRADISI : Wakil Bupati Sukabumi H. Iyos Somantri saat menghadiri Kegiatan Puncak Peringatan Hari Nelayan Palabuhanratu ke-62 Tahun 2022 di Dermaga 2 PPN Palabuhanratu, Sabtu (21/5/22) lalu. ( FOTO : ISTIMEWA )
0 Komentar

PALABUHANRATU – Anggota DPRD Kabupaten Sukabumi Badri Suhendi menilai, Tradisi syukuran hari nelayan menjadi potensi pariwisata dari sisi kebudayaan yang mumpuni di Kabupaten Sukabumi.

Sebab, seni dan budaya menjadi bagian yang tidak bisa dilepaskan untuk sektor pariwisata. Apalagi, Kabupaten Sukabumi ditunjuk dunia internasional menjadi kawasan Ciletuh Palabuhanratu UNESCO Global Geopark (CPUGGp). “Hari nelayan merupakan bagian dari seni budaya, salah satunya upacara adat yang sering menjadi perhatian. Tak hanya yang menjadi pusat perhatian masyarakat Palabuhanratu saja, tetapi dari mancanegara juga dan pernah di publikasikan oleh orang asing,” ucapnya kepada wartawan kemarin (23/05).

BACA JUGA : Motivasi Petani Tingkatkan Produktivitas Padi

Dalam upacara adat itu, larung saji menjadi tradisi unik yang sudah ada sejak dahulu kala. Pada awalnya larung saji menggunakan kepala kerbau untuk dilempar ketengah laut, namun seiring waktu berubah karena tidak sesuai dengan nuansa keagamaan.

Baca Juga:Motivasi Petani Tingkatkan Produktivitas PadiCegah PMK, Intensifkan Monitoring dan Pemeriksaan Hewan Ternak

Kini tradisi larung saji menggunakan media tukik (anak kura-kura) dan juga benur untuk di tabur ditengah laut, Agar tidak terjadi polemik dengan persoalan keagamaan tadi. “Untuk mempertahankan dan tetap mengedepankan tradisi dan budayanya, maka diganti dengan tukik dan benur untuk ditabur menjadi sarana larung saji,” paparnya.

Syukuran hari nelayan merupakan salah satu tradisi tahunan dan merupakan budaya warisan turun temurun dari nenek moyang, dimana budaya ini menjadi sangat penting bagi eksistensinya bagi nelayan “Hari nelayan ini untuk mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah bagi mereka. Kegiatan itu pun merupakan wujud nyata merealisasikan rasa syukur bagi sang Kholiq,” tandasnya.

Sementara itu, Sekertaris DPD HNSI Jawa Barat Ujang SB menambahkan. Syukuran hari nelayan bisa disebut sebagai cara melestarikan budaya, yang harus tetap dipelihara masyrakat nelayan dan menjadi aset daerah. Serta harus terus dikembangkan untuk kemajuan pariwisata di Kabupaten Sukabumi. “Bila semua pihak peduli dan mempunyai pemikiran yang maju, maka tujuan untuk meraih kesetaraan hidup dan kemajuan daerah disektor perikanan dan kepariwisataan dapat terwujud dengan baik,” pungkasnya.

BACA JUGA : Cegah PMK, Intensifkan Monitoring dan Pemeriksaan Hewan Ternak

0 Komentar