Harga Telur Ayam Tembus Rp32 Ribu per Kg

Harga Telur Ayam Tembus Rp32 Ribu per Kg
0 Komentar

JL SURYAKENCANA – Harga telur ayam di Kota Sukabumi kini mencapai Rp32 ribu dari sebelumnya rata-rata berada di kisaran Rp28 ribu per kilogram. Naiknya harga komoditas itu terjadi sejak sepekan terakhir.

Kabid Perdagangan Diskumindag Kota Sukabumi, Widya Yudha Setiawan, mengatakan berdasarkan informasi dari petugas pemantau harga di lapangan, kondisi saat ini kebanyakan pemasok sedang dalam tahap regenerasi ayam petelur. Akibatnya pasokan menjadi tak stabil hingga berdampak terhadap berfluktuasinya harga.

Upaya kami, melaporkan hasil pemantauan ini secara berjenjang, dari mulai tingkat kota, provinsi hingga ke pusat. Mudah-mudahan ada intervensi terkait kenaikan harga telur ini,” ujar Widya kepada wartawan, kemarin (15/12).

Baca Juga:Wali Kota Terima Dua Penghargaan dari Baznas JabarPolisi Ringkus Pelaku Dugaan Pencabulan

Gempa 5,6 di Kabupaten Cianjur, juga cukup berpengaruh terhadap pasokan. Terutama dari pasokan di Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur yang merupakan pemasok telur ayam ke Sukabumi serta sejumlah daerah lainnya di Jawa Barat dan Jakarta.

“Gempa Cianjur beberapa waktu lalu membuat pasokan cukup terganggu karena kandang milik supplier di Cugenang ikut ambruk. Tak sedikit juga kondisi ayam yang mengalami stres,” sebut Widya.

Di Kota Sukabumi, kebutuhan pasokan telur ayam mencapai 268,97 ton per bulan. Naiknya harga selain dipicu berkurangnya pasokan, juga tingkat permintaan yang cenderung naik.

Budi Suherlan (40), supplier telur ayam di Kota Sukabumi, mengeluhkan kenaikan harga telur yang seringkali terjadi secara mendadak. Ia menyebut distributor atau supplier sepertinya yang kerap jadi sasaran kekesalan warung pengecer dan konsumen tatkala harga telur kembali naik.

Kondisi terakhir harga pun tak stabil dan berbeda-beda. Harganya mulai dari Rp28 ribu hingga Rp32 ribu per kilogram. Menurutnya, penyebab naiknya harga telur ini adalah mulai banyaknya pembagian bantuan pangan nontunai (BPNT) dan Program Keluarga Harapan (PKH) serta bantuan-bantuan sosial lainnya.

“Jadi kan mereka itu biasanya ambil langsung dari kandang (peternak). Ketika tahu BPNT mau cair, kadang-kadang harga itu naik mendadak. Ketika BPNT ini beres biasanya harga telurnya juga turun lagi. Jadi bukan karena pakan, pasokan, dan sebagainya.

Sebagai distributor atau supplier, Budi kerap dibikin pusing ketika harga naik mendadak. Apalagi antardistributor dibagi-bagi sesuai wilayah garapan.

0 Komentar