CIANJUR – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cianjur waspada penyebaran demam berdarah dengue (DBD). Termasuk di lokasi-lokasi pengungsian yang notabene rawan penyebaran penyakit akibat gigitan nyamuk aedes aegypti itu.
Kepala Dinkes Kabupaten Cianjur, Irvan Nur Fauzy, kewaspadaan terhadap DBD menyusul tingginya curah hujan sampai sekarang. Kondisi tersebut memunculkan banyak genangan air yang bisa dijadikan tempat berkembangbiaknya jentik nyamuk.
“Untuk di pengungsian kami sudah menerima laporan DBD. Ada dua titik. Tapi kami masih verifikasi,” kata Irvan, belum lama ini.
Baca Juga:Siagakan Personel di Pesisir Pantai Selatan, Satpolair Polres Cianjur Waspadai Gelombang TinggiDPRD Sukabumi Tetapkan Pembentukan Pansus Tatib dalam Paripurna Pertama 2023
Berdasarkan informasi, kata Irvan, dua orang yang dilaporkan DBD itu merupakan kalangan anak-anak. Irvan menyebut lokasi pengungsian relatif cukup rawan jadi tempat perkembangbiakan jentik nyamuk. Sesuai siklus perkembangannya, nyamuk akan menyimpan telurnya di genangan-genangan air.
“Kita tahu kan (di lokasi gempa) pasti banyak barangkal atau barang-barang yang bisa menampung air yang belum dibuang dalam kondisi seperti ini. Tentu itu risikonya bertambah. Terus memang cuaca, ada hujan lalu panas. Air kemudian menggenang, terus jentiknya berubah jadi nyamuk dewasa. Itu yang menyebabkan jadi vektor,” ungkapnya.
Sementara di tempat selain pengungsian, sebut Irvan, sampai saat ini belum menerima laporan. Namun biasanya terlebih dulu akan dilakukan penelitian epidemiologi sebelum dilakukan fogging.
“Lalu kita ambil angka jentiknya di 100 rumah ada berapa,” jelasnya.
Khusus di tempat pengungsian, sebut Irvan, seandainya dilaporkan terjadi DBD, maka segera dilakukan fogging. Langkah itu merupakan bentuk penanganan cepat.
“Itu merupakan bentuk treatment. Jadi bagi yang ada informasi DBD kami siap memberikan layanan fogging di tempat pengungsian. Kita bisa langsung atau cut off untuk dilakukan fogging,” pungkasnya.
Berdasarkan data Dinkes Kabupaten Cianjur, selama 2022 terdapat sebanyak 738 kasus DBD. Dari jumlah kasus tersebut, Case Fertility Rate (CFR) atau angka kasus kematian sebesar 1,08 persen atau 8 orang yang meninggal dunia. (ist)