SUKABUMI – Jumlah pekerja tamatan SD di Kota Sukabumi berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) lebih banyak dibanding lulusan lainnya.
Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) setempat pun bakal mengoptimalkan kembali Balai Latihan Kerja (BLK) yang sebelumnya tidak berjalan dengan optimal.
Berdasarkan data BPS, jumlah pekerja yang berpendidikan SD pada Agustus 2022 tercatat sebanyak 35 ribu lebih atau 24,63 persen dari jumlah pekerja sebanyak 145 ribu orang.
Baca Juga:Kontes ‘Sukakate’ Didorong jadi Agenda RutinLagi, Kejari Cibadak Terima Uang Titipan Kasus SPK Bodong
Sementara pekerja dengan tamatan pendidikan Diploma I-III pada Agustus 2022 tercatat hanya 5,8 ribu atau 3,99 persen dari total pekerja di Kota Sukabumi sebanyak 128 ribu orang.
Sedangkan pekerja tamatan sarjana tercatat sebanyak 20 ribu lebih atau 14,35 persen dari total pekerja sebanyak 145 ribu orang.
“Tapi nanti akan kita kaji ulang dan evaluasi jumlah pekerja tamatan SD berdasarkan data BPS itu,” kata Kadisnaker Kota Sukabumi Abdul Rachman kepada wartawan, Sabtu (14/1).
Abdul menyakini, dengan dioptimalkannya kembai BLK, maka akan mencetak calon-calon tenaga kerja yang siap bekerja sesuai dengan kompetensinya. Selain itu, Disnaker juga akan membuat satu sistem aplikasi yang nantinya bisa melihat gambaran mengenai komposisi ketenagakerjaan.
“Kami juga akan membuat aplikasi yang akan melihat gambaran terkait komposisi tenaga kerja,” ucapnya.
Berkatan dengan upah pekerja, Abdul menyebut sudah sesuai dengan hasil penghitungan tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi.
Kemungkinan, sebut Abdul, perusahaan membutuhkan tenaga kerja nonskill seperti tenaga kerja yang tamatan SD sehingga tidak mengutamakan skill.
Baca Juga:Terpidana Kasus Korupsi Dibui Sempat Bebas, Kini Kembali ke LapasRS Bunut Tingkatkan Kolaborasi dengan Pemkot
“Saat pandemi perusahaan memang banyak melakukan PHK. Tapi di sisi lain tenaga kerja yang memiliki skill membutuhkan upah yang tinggi dibanding nonskill. Mungkin itu salah satu penyebab perusahaan yang menerima pekerja nonskill karena upahnya yang rendah,” bebernya.
Sementara untuk penyerapan tenaga kerja, Abdul mengaku relaltif cukup minim. Pasalnya, jumlah perusahaan yang ada itu tidak sesuai dengan jumlah penduduk.
“Perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja itu sedikit. Kebanyakannya ke kabupaten. Ini tentu jadi tantangan bagaimana kita menyiapkan tenaga kerja di Kota Sukabumi yang siap kerja dan memiliki skill sesuai yang dibutuhkan perusahaan,” pungkasnya.
Reporter: Nuria Ariawan