SUKABUMIEKSPRES – Hari ini pasangan Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi dan Wakil Wali Kota Andri Setiawan Hamami berakhir masa jabatan nya. Lima tahun memimpin Kota Sukabumi, pasangan yang pada Pilkada 2018 dikenal sebagai Faham itu menorehkan hampir 518 prestasi di berbagai level serta pembangunan yang cukup progresif.
Kemarin (19/9), keduanya memimpin apel besar di Plaza Balai Kota Sukabumi. Momen itu dimanfaatkan Fahmi dan Andri berpamitan.
Mereka menyampaikan terima kasih atas dukungan kinerja aparatur di lingkungan Pemkot Sukabumi yang sudah menjalankan roda pemerintahan sesuai visi dan misi yang dijabarkan melalui RPJMD.
Baca Juga:PMI Sikapi Isu Perubahan IklimDiskumindag Fasilitas Sertifikasi Halal 78 Pelaku IKM
“Kami berdua mengucapkan terima kasih kepada keluarga besar Pemkot Sukabumi. Kalian memang hebat. Luar biasa,” kata Fahmi.
Bagi Fahmi dan Andri, keberhasilan selama lima tahun memimpin Kota Sukabumi bukan kerja mereka berdua. Tapi semua elemen berkontribusi besar terhadap berbagai prestasi dan pembangunan di wilayah itu.
“Selama 60 bulan saya dan pak wakil memimpin kota ini. Saya datang dengan wajah yang tegak karena kami punya harapan, optimisme, dan cita cita yang ingin diwujudkan selama lima tahun,” ungkapnya.
Karena itu, Fahmi dan Andri memohon pamit meninggalkan Balai Kota dengan punggung yang tegak. Selama 60 bulan memimpin, dinamika terjadi dari berbagai sektor. Terutama saat terjadi pandemi covid-19 yang berlangsung hampir 32 bulan atau dua tahun lebih.
“Selama pandemi, kami tidak bisa leluasa melakukan penataan dengan maksimal. Tapi alhamdulillah, berbagai penataan kita lakukan dengan percepatan setelah pandemi usai. Perjalanan yang sangat luar biasa. Perjalanan panjang yang tak pernah kita lupakan,” tegasnya.
Namun ada pelajaran berharga selama pandemi covid-19. Bagi Fahmi, kala itu jiwa kepemimpinannya diuji dengan sangat luar biasa karena harus cepat melakukan berbagai kebijakan.
“Tugas pemimpin harus tegas mengambil keputusan. Mungkin ada yang kecewa dengan kebijakan yang diambil dan ada yang balik arah. Namun bukan membenci, tapi sejatinya kebijakan yang diambil untuk maslahat yang lebih besar. Pemimpin jangan berburuk sangka kepada yang dipimpin dan sebaliknya. Maka hidup akan lebuh nyaman terasa,” jelasnya.