SUKABUMIEKSPRES – Pengusaha kaya asal dari Palestina bernama Bashar Masri ini menjadi sorotan publik dimana ditengah-tengah semakin panasnya konflik bersenjata antara Israel dengan Hamas.
Diketahui, berperan untuk memberikan bantuan terhadap masyarakat Palestina dari sisi pembangunananya, meski kini masyarakat Palestina di Gaza tengah digempur oleh pasukan Israel.
Inilah Sosok Bashar Masri.
Bashar Masri adalah seorang pebisnis dari keluarga Al-Masri yang terlahir di Nablus, Palestina, pada tahun 1961, ia masih satu keluarga dengan Munib al-Masri, pengusaha tersebut kini menjadi orang terkaya di Palestina.
Baca Juga:Israel Mengakui Kehebatan Hamas: Banyak Ranjau dan JebakanSeorang Dokter Perempuan Rumah Sakit di Gaza Menemukan Putrinya Tewas
Dirinya pun tumbuh besar di arena konflik, pada berusia enam tahun, dirinya sudah menjadi kesaksian mata kebengisan para militer Israel dalam peristiwa yang kini disebut Perang Enam Hari (1967).
Saat itu, Israel secara mendadak dan sepihak untuk menguasai wilayah Palestina meliputi Tepi Barat, Yerussalem Timur, Jalur Gaza dan Dataran Tinggi Golan. Militer Israel juga mengusir 750.000 penduduk Palestina termasuk menghancurkan tempat tinggalnya.
Kepada Time Bashar mengaku dan percaya saat kecil kalau kekerasan adalah satu-satunya cara menyelesaikan konflik. Dari sinilah bibit-bibit pemberontak mulai muncul di dalam dirinya.
Dia bercerita saat masih aktif sekolah dia kerap merencanakan demonstrasi dan menulis surat protes kepada berbagai pihak atas penindasan yang selama ini dialami oleh warga Palestina. Salah satunya ditunjukkan kepada Sekjen PBB Kurt Waldheim, meski surat itu tak diketahui sampai atau tidak.
Bergerak melawan arus membuat hidup Bashar penuh resiko. Sebab, peluang dia ditangkap oleh otoritas Israel begitu besar. Namun, layaknya aktivis sejati, dia tidak takut atas hal itu.
Sehingga akhirnya dirinya benar-benar ditangkap otoritas Israel usai melempar batu ke tentara saat demontrasi, tepatnya di usia 14 tahun resmi bermalam di balik jeruji besi.
Hanya saja, tindakan tersebut tidak menyurutkan langkah Bashar.
Setelah bebas, dia kembali berjuang. Lalu dua tahun kemudian, tepat di tahun 1975 atau di usia 16 tahun, dia harus masuk penjara untuk kedua kalinya. Dia ditahan karena melawan pemerintah Israel dan harus menjalani ujian sekolah di dalam sel.