SUKABUMI EKSPRES — Sejumlah kalangan menilai Calon Wakil Presiden nomor urut dua, Gibran Rakabuming sombong dan ofensi pada Debat Pilpres 2024 keempat.
Mantan Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi justru berpendapat lain. Dari kacamatanya, Lutfi melihat Gibran adalah sosok anak muda yang rendah hati. Itu bisa dilihat dari sikapnya usai debat.
“Mari kita sorot sikap Gibran pasca debat, dengan rendah hati dia tidak hanya sekali, tapi dua kali minta maaf. Bahkan mencium tangan sebagai tanda hormat,” kata Lutfi dikutip dari video unggahannya di Instagram, Selasa (23/1/2024).
Baca Juga:Debat Terakhir Jadi Pemungkas Bisa Jadi Penentu 10 Persen Swing VotersTak Sampai Satu Pekan, Enam Bencana Alam Landa Wilayah Warungkiara
Menurutnya, itu bukan hanya rendah hati. Tapi gentelman yang langka di dunia politik di Indonesia.
“Gibran menunjukkan, di balik gaya ekspresifnya dia mempunyai hati yang besar untuk mengakui kesalahan dan belajar dari situ,” jelasnya.
Gelagat Gibran, kata dia memang langsung dan ekspresif. Khas anak muda.
“Namun siapa sangka, ekspresinya yang nampak berapi-api bisa menimbulkan salah paham. Bahkan mungkin menyinggung beberapa pihak,” ujarnya.
Baginya, anak muda yang emosional merupakan hal yang lumrah sebagai manusia. Tapi yang mencengangkan menurutnya, kebesaran hari Gibran minta maaf.
“Suatu yang gagal disajikan oleh kedua Capres setelah memperolok Pak Prabowo dalam debat yang lalu. Perilaku ini buka hanya tentang sopan santun, tetapi juga tentang kedewasaan, emosinal dan tanggung jawab moral,” jelasnya.
Ia membandingkan. Saat debat ketiga Pilpres, Lutfi menyebut Prabowo diolok-olok dua orang sekaligus. Namun dua Capres itu tidak meminta maaf.
Baca Juga:Ummi Dorong Pengembangan UMKM dan Ekonomi Kreatif di SukabumiHilang Kendali di Tikungan Jalan, Pengendara Motor Terjun ke Jurang
Di sisi lain, Gibran jugaa dinilainya pujya refleks yang bagus. Itu bisa dilihat saat petugas KPU terjatuh di panggung debat.
“Dia sigap langsung menolong. Kecepatan dan kepedulian adalah sifat penting yang dibutuhkan seorang pemimpin,” imbuhnya.
Karenanya, ia heran. masih meragukan ketukusan maaf Gibran. Baginya orang demikian perlu berpikir ulang.
“Mengakui kesalahan, meminta maaf di dunia politik yang serikali keras tanpa ampun adalah suatu yang harus dihargai,” pungkasnya.
Gibran tidak hanya berdebat dengan kata-kata tapi juga dengan tindakan yang menunjukkan dia adalah seorang yang bertanggung jawab dan berintegritas,” tandasnya. (Arya/Fajar)