SUKABUMIEKSPRES – Bulan kabisat terjadi setiap empat tahun sekali dan memiliki 29 hari, bukan 28 hari seperti bulan Februari pada tahun-tahun non-kabisat.
Sistem kabisat ini diperkenalkan oleh Kalender Gregorian, yang saat ini menjadi kalender yang paling umum digunakan di dunia.
Sejarah bulan kabisat terkait dengan upaya untuk menyelaraskan kalender dengan tahun tropis, yaitu periode waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu putaran penuh mengelilingi Matahari.
Baca Juga:Rennes Vs Milan: Walaupun Kalah Rossoneri Tetap Masuk ke 16 Besar Liga EuropaUngkap Yusril : Hak Angket Dugaan Kecurangan Pemilu 2024 Bisa Berujung Kekacauan
Perbedaan antara tahun kalender dan tahun tropis sekitar 0,2422 hari. Oleh karena itu, untuk menyesuaikan perbedaan ini, diperlukan penambahan hari ekstra pada kalender.
Kalender Gregorian diperkenalkan oleh Paus Gregorius XIII pada tahun 1582 untuk menggantikan Kalender Julian yang digunakan sebelumnya.
Reformasi kalender ini memasukkan aturan bulan kabisat yang lebih tepat dan mengatur bahwa tahun yang habis dibagi 4 adalah tahun kabisat, kecuali untuk tahun-tahun yang habis dibagi 100 tetapi bukan habis dibagi 400.
Sehingga, tahun 1700, 1800, dan 1900 bukan merupakan tahun kabisat, tetapi tahun 1600 dan 2000 adalah tahun kabisat.
29 Februari adalah hari ekstra yang ditambahkan pada tahun kabisat, sehingga pada tahun-tahun tersebut, bulan Februari memiliki 29 hari bukan 28.
Ini bertujuan untuk menjaga agar kalender tetap sesuai dengan pergerakan Bumi di sekitar Matahari.