SUKABUMI EKSPRES– Sebanyak 47 kali bencana melanda Kota Sukabumi kurun dua bulan terakhir. Berbagai bencana hidrometeorologi cukup mendominasi.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Sukabumi, Novian Rahmat Taupik, mengatakan dari berbagai kejadian selama Januari-Februari, bencana hidrometeorologi memang paling banyak.
Pada Januari terdapat sebanyak 36 kali dan Februari sebanyak 11 kali.
“Mayoritas merupakan bencana hidrometeorologi yang dipicu curah hujan yang cukup tinggi,” kata Novian, Rabu (28/2).
Baca Juga:Kaesang Ditantang Maju di Pilgub DKI JakartaProgram Makan Siang Gratis Prabowo Dibahas di Sidang Kabinet Jokowi
Dari 47 kejadian selama Januari-Februari, sebanyak 43 kali merupakan bencana hidrometeorologi. Sisanya kebakaran permukiman sebanyak tiga kali dan gempa bumi satu kali.
Secara rinci Novian menyebut pada Januari bencananya terdiri dari angin topan 6 kali, banjir 5 kali, cuaca ekstrem 15 kali, gempa bumi 1 kali, kebakaran permukiman 3 kali, dan tanah longsor 6 kali. Sementara pada Februari terdiri dari 1 kali banjir dan 10 kali cuaca ekstrem.
“Secara akumulasi selama Januari-Februari, kejadian angin topan sebanyak enam kali, banjir enam kali, cuaca ekstrem 25 kali, gempa bumi satu kali, kebakaran permukiman tiga kali, dan tanah longsor enam kali,” terangnya.
Hingga saat ini potensi bencana terpantau masih terjadi. Personel Satgas Penanggulangan Bencana BPBD Kota Sukabumi mengintensifkan monitoring ke berbagai wilayah rawan bencana.
“Seperti dilakukan pada Sabtu (24/2), tim Satgas PB BPBD Kota Sukabumi memonitoring lokasi rawan banjir limpasan di Kelurahan Sudajayahilir Kecamatan Baros,” ujarnya.
Monitoring dilakukan untuk melihat kondisi di lapangan. Di lokasi, kata Novian, petugas menyingkirkan berbagai material yang bisa menghambat saluran pembuangan air.
“Banjir limpasan paling sering terjadi saat hujan deras. Penyebabnya akibat saluran air yang tersumbat, penyempitan saluran air, serta terjadinya pendangkalan di aliran sungai, irigasi, maupun drainase. Kita coba bersihkan penyumbatan-penyumbatan ini pada kegiatan monitoring,” pungkasnya. (ist)