Selalu Kerja Keras Tapi Masih Bokek? Waspada Toxic Productivity

Toxic Productivity
Ilustrasi: Unsplash
0 Komentar

Padahal, dukungan sosial dari teman justru dapat membantu kita menjadi lebih tangguh (resilient) dalam menghadapi masalah finansial. Secara psikologis, manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dan rasa terhubung dengan orang lain. Jika kita terlalu mengisolasi diri karena pekerjaan, kita bisa mengalami kesepian, stres, bahkan depresi.

Jadi, jangan sampai toxic productivity finansial merusak pertemanan kita. Ingat, keseimbangan dalam hidup itu penting.

Cara Keluar dari Lingkaran Toxic Productivity Finansial

Sekarang, pertanyaannya adalah bagaimana cara keluar dari lingkaran setan toxic productivity finansial ini? Tenang, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan:

Baca Juga:Kronologi Skandal Aktor Kim Soo Hyun Menjadi Penyebab Kematian Kim Sae RonSejarah Puasa Ramadan dari Zaman Nabi Adam hingga Masa Kini

1. Refleksi Diri

Cobalah jujur pada diri sendiri. Apakah selama ini Anda benar-benar produktif atau hanya sekadar sibuk? Apakah semua yang Anda lakukan memang mengarah pada tujuan finansial yang ingin dicapai? Evaluasi kembali strategi keuangan Anda. Jika belum efektif dan efisien, jangan ragu untuk meminta pendapat dari orang yang lebih ahli atau mencari informasi dari sumber yang terpercaya.

2. Tetapkan Tujuan Finansial yang Jelas dan Realistis

Tujuan finansial ibarat kompas yang memberikan arah ke mana kita harus melangkah. Jika tujuan tidak jelas, kita akan mudah tersesat dan terjebak dalam toxic productivity. Tetapkan tujuan finansial yang spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan memiliki batas waktu (SMART Goals). Misalnya, “Dalam enam bulan ke depan, saya ingin memiliki dana darurat sebesar tiga kali pengeluaran bulanan.” Tujuan yang jelas akan membantu kita lebih fokus dan termotivasi.

3. Prioritaskan Tugas

Tidak semua tugas memiliki tingkat kepentingan yang sama. Ada yang mendesak dan penting, ada yang penting tetapi tidak mendesak, ada yang mendesak tetapi tidak penting, serta ada yang tidak mendesak dan tidak penting. Fokuslah pada tugas-tugas yang penting dan mendesak, delegasikan atau outsource tugas yang kurang penting, serta hilangkan tugas yang tidak memberikan nilai tambah. Dengan memprioritaskan tugas, kita dapat bekerja lebih efektif dan efisien tanpa harus mengerjakan semuanya sendiri.

4. Belajar Mengatakan “Tidak”

Ini adalah keterampilan yang sangat penting. Kita sering kali terjebak dalam toxic productivity karena sulit menolak tawaran pekerjaan atau permintaan bantuan dari orang lain. Kita takut mengecewakan, kehilangan kesempatan, atau dianggap tidak solid. Padahal, terlalu sering mengatakan “iya” bisa membuat kita kewalahan, stres, dan akhirnya tidak bisa memberikan hasil yang maksimal. Belajarlah untuk mengatakan “tidak” dengan sopan dan tegas, terutama untuk hal-hal yang tidak sesuai dengan prioritas kita.

0 Komentar