JL IR DJUANDA – Para pedagang kali lima (PKL) di ruas Jalan Ir H Djuanda Kota Sukabumi atau dikenal Dago mulai direlokasi ke Jalan Dewi Sartika, kemarin (16/5). Pasalnya, kawasan Dago akan segera dijadikan sebagai ruang terbuka hijau (RTH).
Penertiban PKL dipimpin Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi. Penertiban melibatkan Dinas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dengan mengerahkan 3 unit armada pemadam kebakaran
“Kami (Pemkot Sukabumi) sudah memberikan kesempatan satu tahun terakhir kepada para PKL yang ada di Jalan Ir H Djuanda (Dago) untuk segera berpindah,” kata Fahmi kepada wartawan, kemarin (16/5).
Para PKL, kata Fahmi, sudah diberikan mandat agar menjaga dan merawat kawasan tersebut. Namun pada kenyataannya para PKL tidak bisa merealisasikannya. “Jadi kami minta mereka (para PKL) tidak kembali berdagang di kawasan Dago. Saat ini mereka (PKL) kami relokasi ke Jalan Dewi Sartika,” ujarnya.
Baca Juga:Janda Tewas Dibunuh Kekasih, Dibakar Cemburu karena Korban Rujuk dengan Mantan SuamiCalon Guru Penggerak Harus Jadi Leader yang Tangguh dan Profesional
Pemkot Sukabumi akan kembali melakukan perbaikan dan pembenahan kawasan Dago. Sehingga ke depan betul-betul steril dari aktivitas PKL. Penertiban PKL juga merupakan masukan dari orangtua siswa yang terganggu lantaran membuat kawasan Dagio jadi semrawut.
Selain itu keindahan trotoar yang pudar akibat bekas minyak yang berceceran. Di samping itu permasalahan sampah bekas dagangan di kawasan itu. “Pemindahan lokasi berjualan ke Jalan Dewi Sartika juga berdasarkan kesepakatan dari perwakilan dan Paguyuban PKL,” terangnya.
Namun apabila ada hal yang lebih penting terkait dengan penataan kawasan perkotaan, sebut Fahmi, maka sangat mungkin pedagang tersebut diupayakan untuk pindah ke tempat yang lebih layak. Intinya, kata Fahmi, penataan kawasan perkotaan yang secara bertahap dilakukan menjadi alasan utama kebijakan tersebut. “Mari bersama-sama dengan sepenuh hati menjaga kota ini agar semakin tertata rapi,” imbuhnya.
Ajat, salah seorang PKL, mengaku kecewa dengan kebijakan relokasi tersebut. Pasalnya, di tempat yang baru ia harus memulai kembali usaha dari nol. “Bukan hanya saya, pedagang lain pun mengeluh,” terangnya.