CISAAT – Aliansi Warga Desa Sukaresmi Kecamatan Cisaat mendatangi kantor desa setempat, kemarin (5/7). Mereka mempermasalahkan sikap arogan kepala desa yang diduga mempersekusi warga.
Koordinator Aliansi Warga Desa Sukaresmi, Rizki Rabiul Tsani, mengatakan aksi ini bermula adanya dugaan persekusi yang dilakukan kepala desa kepada warganya melalui status WhatsApp. “Jadi awal mula kasus ini, kepala desa membuat status di WhatsApp yang bernada intimidasi. Status tersebut salah satunya ingin mencabut gigi seorang warga entah itu siapa dan mengajak sparing (berantem),” ujar Rizki, kepada wartawan, kemarin.
Warga menilai, status tersebut tidak patut diperbuat kepala desa. Sebagai seorang pemimpin, sejatinya kepala desa menjadi pengayom bagi warganya.
Baca Juga:Cegah Potensi Gangguan Kamtibmas, Polsek Cikole Gelar KRYDPesantren Latih Santri jadi Juleha
Pada aksi tersebut, warga membawa dua orang yang diduga menjadi sasaran dari status WA kepala desa. Mereka diajak berduel. “Warga kami diajak duel 15 menit dan meminta kirim lokasi agar dia bisa datang. Berarti secara tidak langsung dia sebagai kades merasa punya power lebih,” jelasnya.
Warga mengingatkan kepala desa agar tidak berperilaku semena-mena. Justru, sambung Rizki, harusnya sosok pemimpin itu sesuai yang diinginkan masyarakat. “Pada intinya, kita sebagai warga meminta agar perilaku tidak terulang dan dipertontonkan kepada publik,” tandasnya.
Kades Sukaresmi, Jalaludin, mengaku kemungkinan kedatangan warga dipicu adanya miskomunikasi. Jalaludin mengaku kasus itu sudah diselesaikan.
Jalaludin pun menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya apabila melukai warganya. “Secara pribadi, kalau memang ini melukai kawan-kawan, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, walaupun bukan tujuan ke arah sana. Tidak ada tipikal saya harus ke sana. Saya sudah jelaskan bahwa bukan tujuan untuk menyerang atau melawan menghina kepada warga saya sendiri. Ini murni saya pribadi, bukan untuk warga di desa Sukaresmi,” ungkapnya.
Ia pun menceritakan, kronologisnya bermula saat membuat status di WhatsApp untuk diri pribadi. Namun ada dua orang warga mengirimkan pesan ke grup Karang Taruna.
Jalaludin pun menimpali pesan itu. Ia menyarankan agar membahasnya secara pribadi. “Saat itu saya lagi ke Palabuhanratu, tapi ada bahasa inggris yang saya nggak tahu, dikira itu bilang kotoran. Langsung saya marah. Dasarnya apa pakai bilang gitu. Jadi mungkin ada mis,” jelasnya.