SUKABUMIEKSPRES— Elite Partai Amanat Nasional (PAN) keliling menawarkan Erick Thohir sebagai cawapres. PAN ngotot menyodorkan nama Erick sebagai syarat koalisi.
Partai Amanat Nasional (PAN) menjadi partai yang terlihat ngotot mengusung ET sebagai cawapres. PAN bahkan harus mememui PDIP untuk menawarkan ET berpaket dengan Ganjar Pranowo.
BACA JUGA: Erick Thohir Disebut Cawapres Alternatif
PAN juga menawarkan ke Prabowo Subianto. Tak butuh waktu lama, Gerindra pun langsung menjemput bola dengan menemui PAN untuk membahas kerja sama politik, di kantor DPP PAN, Warung Buncit, Jakarta Selatan, Senin, 5 Juni.
Baca Juga:Tim Rechecking Lomba Pemanfaatan Pekarangan Datangi SukahumiPuluhan ASN Pemkab Sukabumi Masuki Masa Purnabhakti
Analis politik Unhas Ali Armunanto mengatakan tak bisa dipungkiri bahwa salah satu yang dibutuhkan dalam politik adalah kemampuan finansial.
Sehingga ET adalah sosok yang bisa diandalkan. Dia punya jejaring yang social capital, jejaring political capital, dan ekonomic capital.
Sehingga potensi Erick berpasangan dengan Ganjar atau pun Prabowo bisa berpasangan dengan Ganjar, sangat bisa terwujud.
“Erick akan menjadi wapres yang cukup bisa diandalkan,” terangnya.
Analis politik Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Attock Suharto menilai bahwa ada strategi yang dimainkan PAN sehingga mendorong ET. PAN sedang memainkan politik simbiosis mutualisme.
BACA JUGA: Dekan FISIP Unhas: Prabowo-Erick Bisa Beri Efek Positif
Politik yang bukan hanya sekadar mengusung calon presiden (capres) dan cawapres, tetapi PAN juga di saat yang sama pun memikirkan pemilu 2024. Di mana, PAN tentu akan mendapat manfaat dari langkah politiknya mengusung Erick Thohir.
“Dengan mengusung ET juga berarti menjalankan strategi politik Jokowi yang memang ditengarai menyiapkan ET sebagai cawapres,” ujar Attock.
Posisi sebagai ketua PSSI saat ini juga dinilai menjadi jualan ET untuk mengangkat popularitas dan menaikkan elektabiltasnya. ET juga unggul dari sisi finasial, sehingga hingga saat ini masih memiliki poin. Meskipun aspek finasial bukan satu-satunya penentu dalam pertarungan politik. (*/fajar)