Terjadi Inflasi akibat Dipicu Naiknya Harga

Terjadi Inflasi akibat Dipicu Naiknya Harga
0 Komentar

SUKABUMIEKSPRES – Naiknya harga sejumlah komoditas kebutuhan masyarakat berkontribusi terjadinya inflasi di Kota Sukabumi pada Agustus. Nilai inflasi pada Agustus tercatat sebesar 0,13 persen.

Kepala Bidang Perekonomian dan SDA Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Sukabumi, Yanto Arisdiyanto, mengatakan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi pada Agustus dipicu kenaikan harga.

Kondisi itu ditunjukkan naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran yakni makanan minuman dan tembakau sebesar 3,51 persen, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 1,12 persen, kelompok perumahan air listrik dan bahan bakar rumah tangga sebesar 1,40 persen, kelompok perlengkapan peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 2,21 persen, serta kelompok kesehatan sebesar 2,69 persen.

Baca Juga:Pemkot Sukabumi dan Pemkab Teken Kerja Sama Keamanan PanganDisdikbud Kecolongan, Soal Oknum Pegawai Honorer Diduga ‘Sunat’ Dana PIP

“Selain kelompok pengeluaran, naiknya harga sejumlah komoditas juga ikut andil terhadap inflasi pada Agustus tahun ini. Secara month to month, inflasi pada Agustus sebesar 0,13 persen. Kalau secara year to year mencapai 3,27 persen dengan IHK (indeks harga konsumen) sebesar 115,22,” kata Yanto kepada wartawan, kemarin (6/9).

Komoditas kebutuhan masyarakat yang naik di antaranya telur ayam dari Rp31 ribu menjadi Rp32 ribu per kg, kemudian daging ayam semula Rp38 ribu menjadi Rp39 ribu per kg, cabai merah dari Rp38 ribu menjadi Rp45 ribu per kg, dan bawang putih dari Rp40 ribu menjadi Rp44 ribu per kg, beras Ciherang I dari Rp13.200 menjadi Rp14 ribu per kilogram.

Inflasi juga dipicu kelompok transportasi sebesar 9,65 persen, kelompok rekreasi olahraga dan budaya sebesar 1,88 persen, kelompok pendidikan sebesar 2,07 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman serta restoran sebesar 2,88 persen, dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 3,76 persen.

“Sementara yang mengalami deflasi yaitu kelompok informasi komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,22 persen,” ungkapnya.

Yanto mengaku secara lintas sekotral terus melakukan analisa terhadap sumber atau potensi tekanan serta melakukan inventarisasi data dan informasi perkembangan harga barang dan jasa secara umum.

0 Komentar