Warga Sukabumi Disekap di Myanmar, 11 Orang jadi Korban Dugaan TPPO

Ist
ANTARA/DOK. KELUARGA KORBAN TPPO: Foto warga Kecamatan Kebonpedes Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, yang diduga menjadi korban TPPO di Myanmar.
0 Komentar

KEBONPEDES,SUKABUMI.JABAREKSPRES.COM – Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Sukabumi menyebutkan ada 11 warga Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, diduga menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) dan disekap Myanmar.

“Awalnya, ada enam korban yang melapor ke kami. Kemudian ada penambahan dua orang sehingga totalnya ada delapan orang yang sudah melapor. Sementara tiga korban lainnya dari pihak keluarga belum datang untuk membuat pengaduan atau melapor,” kata Ketua SBMI Kabupaten Sukabumi Jejen Nurjanah di Sukabumi, Rabu.

Menurut Jejen, awalnya mereka dijanjikan bekerja jadi tenaga administrasi atau pelayan investasi berbentuk mata uang Kripto di Thailand. Tapi pada kenyataaannya mereka diseberangkan ke Myawaddy, Myanmar, dan bekerja menjadi pelaku penipuan (scammer) daring.

Baca Juga:Perumda Air Tirta Jaya Mandiri Harus Dirasakan MasyarakatBawaslu Temui Sekda Kabupaten Sukabumi Bahas Netralitas ASN

Mereka berangkat pada Mei dan Juni. Apabila melihat dari cara berangkat, para korban TPPO ini menggunakan visa kunjungan kemudian ada iming-iming mendapatkan gaji besar maka sudah dipastikan merupakan modus operandi TPPO.

Dari pihak keluarga yang melapor datanya para korban yang berjumlah delapan orang sudah ada di Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI. Sementara, tiga korban yang belum ada pengaduan dari keluarganya masih ditelusuri identitas mereka.

Maka dari itu, SBMI mendorong agar keluarga korban segera melapor agar bisa dengan cepat diberikan bantuan hukum dan penanganan lebih lanjut. Adapun 11 korban berasal dari Desa Kebonpedes, Jambenenggang, Cipurut dan Cireunghas, Kecamatan Kebonpedes.

“Informasi yang kami terima, 11 korban mengalami penyekapan dan dipekerjakan sebagai penipu berbasis daring. Selain itu, keselamatan mereka pun terancam karena seperti diketahui Myanmar saat ini tengah terjadi konflik,” tambahnya.

Jejen mengatakan selain disekap dari video yang beredar mereka juga mengalami penyiksaan, bahkan tidak diberi makan dan minum, walaupun diberi makan hanya mendapatkan makanan sisa dari orang yang menyekap mereka.

Hingga saat ini pihaknya masih terus berkoordinasi dengan Kemenlu RI serta instansi terkait lainnya. Selain itu, memantau perkembangan kondisi para korban untuk mengetahui keselamatannya, apalagi seperti diketahui mereka selain disekap juga mengalami penyiksaan serta selama kurang lebih empat bulan hanya diberikan makanan bekas serta tidak layak. (ant)

0 Komentar