PBSI Evaluasi Performa Atlet Usai All England 2025, Fokus ke Swiss Open

PBSI Evaluasi Performa Atlet Usai All England 2025, Fokus ke Swiss Open
Pasangan ganda putra Indonesia, Leo Rolly Carnando/Bagas Maulana, menunjukkan reaksi saat bertanding melawan sesama wakil Tanah Air, Muhammad Shohibul Fikri/Daniel Marthin, di babak 16 besar All England 2025 yang berlangsung di Utilita Arena Birmingham, Inggris, pada Kamis (13/3/2025). (SUMBER FOTO) ANTARA/HO-PBSI/am)
0 Komentar

SUKABUMI EKSPRES – Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) mengevaluasi performa para atlet yang berlaga di BWF World Tour Super 1000 All England 2025 setelah kembali tanpa membawa gelar juara.

Satu-satunya wakil Indonesia yang berhasil mencapai final, pasangan ganda putra Leo Rolly Carnando/Bagas Maulana, harus puas menjadi runner-up usai dikalahkan wakil Korea Selatan, Kim Won-ho/Seo Seung-jae, dengan skor 19-21, 19-21 di Utilita Arena Birmingham, Inggris, pada Senin dini hari WIB.

“Kita harus tetap mengapresiasi perjuangan para atlet. Hasil ini akan menjadi bahan evaluasi untuk memperbaiki kekurangan yang ada,” ujar Kabid Binpres PP PBSI Eng Hian dalam keterangannya, Senin (17/3).

Baca Juga:PLN Siaga Kelistrikan Dukung Suksesnya Bakti Sosial HUT TNI AU Ke-79STC Kota Sukabumi Baksos dengan Menyantuni Anak Yatim

Menurut Eng Hian, meskipun hasil yang dicapai belum memenuhi target, progres yang ditunjukkan para pemain tetap positif.

“Para pemain telah berjuang maksimal, dan lawan-lawan yang dihadapi juga tidak mudah,” tambahnya.

Pada All England 2025, Indonesia gagal mempertahankan tradisi membawa pulang gelar sejak 2016, kecuali pada 2021 ketika tidak berpartisipasi akibat pandemi COVID-19. Bahkan, juara bertahan tunggal putra Jonatan Christie harus tersingkir di babak kedua, sementara pasangan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto juga gagal mencetak hattrick dalam turnamen bergengsi ini.

Kini, PBSI mengalihkan fokus ke turnamen berikutnya, Super 300 Swiss Open yang akan berlangsung di St. Jakobshalle Basel, Swiss, pada 18-23 Maret. Eng Hian berharap ajang ini dapat menjadi momentum kebangkitan bagi para pemain Indonesia.

“Swiss Open memiliki level yang lebih rendah dibanding All England. Meski begitu, beberapa pemain top dunia tetap akan tampil di sana. Ini bisa menjadi tantangan bagi atlet kita untuk membuktikan diri dan meraih hasil lebih baik,” jelasnya.

Untuk sektor tunggal putra, PBSI memutuskan tidak mengirimkan wakil ke Swiss Open karena para pemain elite difokuskan ke turnamen lain seperti Super 300 German Open dan Orleans Masters. Jonatan Christie, misalnya, harus mengikuti turnamen yang telah ditetapkan oleh BWF bagi pemain dalam kategori “top committed.”

“Untuk Jonatan Christie, dia tidak ikut ke Swiss Open karena pemain yang masuk dalam kategori ‘top committed’ harus fokus pada turnamen yang diwajibkan oleh BWF,” katanya.

0 Komentar