JAKARTA – Pemerintah berupaya menjadikan Indonesia menjadi negara superpower dunia melalui perdagangan karbon. Dalam hal ini Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi melakukan lawatan ke Paris Perancis bertemu Dewan Menteri OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development).
Dalam lawatannya, Menteri Lufi melakukan pembahasan Building A Green Future, juga membahas inovasi inklusif terkait untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebagaimana tercantum dalam kesepakatan Paris Agreement. Komitmen tersebut juga diimplementasikan dalam aturan pajak karbon yang baru saja diresmikan oleh DPR dalam Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP) menjadi undang-undang.
“Indonesia berpotensi menjadi carbon offset superpower di dunia melalui perdagangan karbon sukarela secara internasional. Namun, kerja sama internasional diperlukan untuk mendorong kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta dalam rangka pengembangan kerangka regulasi kebijakan yang efektif,” jelas Mendag Lutfi.
Baca Juga:Oknum Guru di Surade Sukabumi jadi Pecandu Sekaligus Miliki GanjaSubkogartap 0618/Bandung Gelar Vaksinisasi untuk Pelajar dan Warga
Dalam sesi Building A Green Future, Indonesia secara tegas juga menyampaikan komitmennya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebagaimana tercantum dalam kesepakatan Paris Agreement. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui kebijakan carbon pricing.
Seperti diketahui, Menteri Perdagangan RI Muhammad Lutfi melakukan kunjungan kerja ke Paris, Perancis pada 5 – 6 Oktober 2021 untuk menghadiri Pertemuan Dewan Menteri OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development/OECD Ministerial Council Meeting). Keikutsertaan Indonesia dalam kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat kerja sama dengan berbagai negara di dunia serta membahas berbagai isu perdagangan terkini. Dalam kunjungannya, Mendag turut didampingi Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Djatmiko Bris Witjaksono.
Dalam pertemuan ini, Mendag menghadiri sesi-sesi pleno tingkat menteri, yaitu sesi Building a Green Future yang membahas Innovation and Inclusive Pathways to Net-Zero, sesi Building an Inclusive Future yang membahas Promoting an Inclusive Digital Transformation, serta mengadiri kegiatan working lunch dengan tema Promoting Trade for All.
Hal lain yang dibahas pada Building a Green Future ini, yaitu upaya mendorong agenda pemulihan ekonomi yang kini juga dikemas untuk mendukung agenda transisi menuju ekonomi hijau, inovasi, dan peluang ekonomi baru bagi para pekerja. Untuk mencapai upaya pemulihan ekonomi yang dipadukan dengan pencapaian target net zero emission, tentunya memerlukan kerja sama internasional. Hal ini dapat dilihat dari beberapa inisiatif yang diluncurkan beberapa negara seperti Green Deal (Uni Eropa), Build Back Better World (G7), Beyond Zero initiative (Jepang), dan Blue Dot Network (Amerika Serikat, Jepang, dan Australia).