JAKARTA— Adanya ketegangan pemilihan cawapres bagi Anies Baswedan dinilai mengancam keberlangsungan Koalisi Perubahan.
Sebagaimana diketahui, ada persaingan sengit bagi Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhiyono (AHY) dan Wakil Ketua Majelis Syura PKS Ahmad Heryawan (Aher) sebagai cawapres.
Pernyataan tersebut disampaikan Analis politik dan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic Arifki Chaniago, Dia bahkan menduga Koalisi Perubahan yang bakal berisi NasDem, Demokrat, dan PKS terancam bubar.
Baca Juga:Kader Gerindra Diperintahkan Pasang Spanduk-Bendera ‘Prabowo Presiden 2024’Aparat Bongkar Sindikat Sabu-sabu Berbentuk Liquid Vape
“Dinamika koalisi perubahan akan berlangsung lama karena ada tarik-menarik di antara ketiga partai,” ujar Arifki kepada GenPI.co, dikutip Senin (16/1/fajar).
Arifki juga menilai Partai Demokrat dan PKS ingin mendapatkan banyak keuntungan dari popularitas Anies yang dicalonkan Partai NasDem, Arifki juga menilai Partai Demokrat dan PKS ingin mendapatkan banyak keuntungan dari popularitas Anies yang dicalonkan Partai NasDem.
Narasi tersebut bakal sulit diperoleh Partai Demokrat dan PKS. Sebab, publik mengetahui posisi kedua parpol tersebut sebagai oposisi, tuturnya.
Meski demikian, Arifki menilai langkah Partai Demokrat dalam memaksakan kehendak untuk mendapatkan kursi cawapres sangat wajar.
“Sebab, survei AHY lebih baik dari kader PKS lainnya. Akan tetapi, modal tersebut tidak cukup untuk lantaran ada beberapa pertimbangan lain yang berpotensi menyulitkan deklarasi,” kata dia.
Pertama, menurutnya, kesepakatan Demokrat dan PKS belum tercapai, Dengan demikian, menurutnya, kedua parpol tersebut akan terus bersaing memperebutkan kursi cawapres.
“Kedua, belum munculnya kepastian dari koalisi lain untuk memutuskan nama cawapres Anies,” ujar Arifki.
Baca Juga:Wali Kota Sukabumi Dorong Mahasiswa jadi Duta OlahragaAtlet Taekwondo Keluhkan Minimnya Sarana dan Prasarana
Ketiga, menurutnya, Partai NasDem memiliki pertimbangan untuk memperlama deklarasi capres dan cawapres karena posisi menteri di kabinet Jokowi mulai disentil oleh anggota koalisi pemerintahan.(wartaekonomi/fajar)