Alih fungsi lahan pertanian ini berdampak pada produksi pangan di Kota Sukabumi. Produksi beras atau pangan Kota Sukabumi hanya mencukupi 30 persen kebutuhan warganya.
Untuk mengatasi kekurangan pangan, Kota Sukabumi sangat bergantung pada distribusi dari daerah sekitar, seperti Kabupaten Sukabumi dan Cianjur.
Tantangan lain yang dihadapi sektor pertanian adalah putusnya regenerasi. Mayoritas petani di Kota Sukabumi berusia di atas 50 tahun. Generasi muda tampaknya enggan terlibat dalam dunia pertanian.
Baca Juga:Lahan di TPA Cikundul TerbakarPolisi Pastikan Penyebab Kematian Warga Bogor akibat Kecelakaan Laut
“Pemerintah telah memperkenalkan program terkait pertanian ini. Di masa kepemimpinan Kang Emil dan Kang Uu, pemerintah provinsi Jawa Barat telah meluncurkan Petani Milenial. Program ini baru efektif pada tahun ketiga,” terangnya.
Pemerintah Kota Sukabumi mendorong pemanfaatan teknologi dan informasi dalam kegiatan pertanian. Kusmana menyebutkan bahwa teknologi informasi harus digunakan untuk meningkatkan sumber daya manusia, terutama generasi muda yang ingin terlibat dalam pertanian. Selain itu, penggunaan teknologi dalam pertanian dapat meningkatkan hasil produksi.
Intensifikasi dan diversifikasi pertanian sangat penting. Keterlibatan unsur pentahelix dapat menjadi solusi untuk masalah-masalah pertanian ini. Para pengusaha didorong untuk terlibat langsung dalam sektor pertanian. Para entrepreneur harus beralih ke sektor pertanian dan siap menghadapi tantangan di masa depan.
“Saya berharap, KTNA dapat memperjuangkan kepentingan petani sebagai sarana konsolidasi, komunikasi, dan informasi sehingga terjalin kemitraan dalam mempromosikan hasil-hasil pertanian. Lakukan percepatan dan diseminasi penggunaan teknologi,” pungkasnya.
Pemerintah Kota Sukabumi melalui Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Peternakan Kota Sukabumi akan terus mendampingi para petani di Kota Sukabumi. Kesungguhan ini akan berdampak positif pada peningkatan produksi pangan dan kesejahteraan para petani. (rls)