Masalahnya, pernikahan tidak bisa berjalan seperti itu. Hubungan membutuhkan usaha, waktu, dan kesabaran. Namun, karena orang sudah terbiasa dengan pola pikir “jika tidak membuat bahagia, tinggalkan saja,” mereka menjadi lebih mudah menyerah saat menghadapi tantangan dalam hubungan. Padahal, hubungan yang kuat lahir dari proses, bukan dari sesuatu yang langsung sempurna sejak awal.
Namun, dengan budaya TikTok yang serba instan, banyak orang lupa bahwa pernikahan membutuhkan waktu untuk berkembang. TikTok bukan sekadar platform hiburan, tetapi telah menjadi alat yang membentuk pola pikir banyak orang tentang hubungan dan pernikahan.
Dari mulai kutipan yang memvalidasi tanpa konteks, normalisasi perceraian sebagai bentuk self-love, hingga kebiasaan membandingkan hubungan sendiri dengan hubungan orang lain di TikTok.
Baca Juga:Ikuti Cara Pinjam Saldo Dana Tanpa KTP dan Fitur 'Minta' Mungkin Akan Berguna5 Rekomendasi Mobil Listrik Termurah di Indonesia Pada 2025 Pilihan Paling Compact
Pernikahan, yang dulu dianggap sebagai komitmen jangka panjang, kini semakin mudah diputuskan hanya karena standar yang dibentuk oleh media sosial.
Sc: catanomika