SUKABUMI EKSPRES – Kamu pasti sering melihat orang yang tiba-tiba muncul di reels Facebook, rutin mengunggah status absurd setiap hari, dan selalu menutup video mereka dengan kalimat sakral “salam interaksi”. Sepertinya ini sudah menjadi ritual wajib bagi mereka—para content creator pemula di skema Facebook Pro.
Skema mereka sangat sederhana, menyelesaikan tugas harian, merekam video yang tidak jelas, mengunggahnya, mengucapkan salam interaksi, lalu menunggu cuan. Sekilas, ini terlihat seperti “jalan ninja” menuju kekayaan. Namun, kenyataannya tidak seindah itu.
Yang tidak mereka sadari adalah banyak dari mereka hanya dijadikan batu loncatan oleh kreator senior yang lebih licik. Bagaimana bisa? Simak penjelasan berikut agar kamu tidak menjadi korban berikutnya.
Baca Juga:Admin Aplikasi SEI Sudah Tidak Aktif Indikasi Kabur, Member Makin Resah Uangnya Tak Akan KembaliReview Lengkap Huawei Mate X6 Sebagai Ponsel Lipat Tercanggih yang Akan Masuk Indonesia
Sistem ini mirip dengan skema MLM digital. Para pemula diminta menyelesaikan tugas harian seperti mengunggah video absurd, memberi like, berkomentar di berbagai unggahan, dan tentu saja mengucapkan salam interaksi. Mereka yakin bahwa jika melakukan ini setiap hari, cuan akan datang dengan sendirinya.
Namun, masalahnya adalah banyak konten yang tidak memiliki nilai. Ada yang hanya merekam wajah diam, membuat video goyang-goyang tanpa makna, atau sekadar membuka kamera dan berkata, “Halo semuanya, salam interaksi!”
Padahal, audiens membutuhkan hiburan, bukan gangguan. Yang lebih ironis, mereka benar-benar berharap bisa viral, seolah-olah algoritma Facebook akan “kasihan” dan memberi mereka penghasilan hanya karena rajin mengunggah video tanpa makna.
Pemula Dijadikan Bahan oleh Kreator Senior
Yang lebih menyedihkan adalah nasib para pemula di tangan kreator senior yang lebih cerdik. Awalnya, ada kreator yang tampak “berbaik hati” dengan memberikan bimbingan agar para pemula bisa sukses. Namun, ujung-ujungnya mereka justru dimanfaatkan.
Misalnya, pemula dimasukkan ke dalam grup coaching dengan dalih mempercepat kesuksesan. Namun, kenyataannya mereka justru diminta mengunggah konten absurd agar bisa dijadikan bahan olokan atau pemicu reaksi dari audiens kreator senior.
Pernahkah kamu melihat kreator yang bereaksi terhadap konten pemula sambil tertawa-tawa? Itulah cara mereka mendapatkan engagement, sementara si pemula hanya mendapatkan rasa malu.