JAKARTA – Laju ekspor Indonesia kembali pulih setelah terhantam pandemi pada 2020. Ekspor Indonesia sepanjang 20221 berhasil mencatatkan nilai transaksi tertinggi sepanjang sejarah ekonomi Indonesia dimana ekspor nonmigas 2021 menyumbang USD 231,54 miliar. Kementerian Perdagangan terus menjaga momentum pertumbuhan ekspor. Salah satunya, lewat Program Good Design Indonesia (GDI) yang diharapkan dapat menjaga momentum pertumbuhan ekspor dan mentransformasi produk ekspor Indonesia.
Demikian ditegaskan Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Didi Sumedi dalam sosialisaai Program Good Design Indonesia (GDI) ke-6 dengan tema “Gateway towards Global Markets”, secara hibrida, Selasa (1/3) di Yogyakarta.
“Perhelatan GDI tahun 2022 digelar untuk menjaga momentum peningkatan ekspor Indonesia yang telah berkinerja memuaskan pada 2021 lalu. GDI juga menjadi upaya Kemendag untuk menggerakkan sektor ekonomi dan perdagangan di masa pandemi Covid-19,” tegas Didi Sumedi.
Baca Juga:Stabilisasi Harga Minyak Goreng di Banda Aceh, Mendag Bakal Tambah PasokanSengsarakan Rakyat, Mendag Lutfi Ancam Sanksi Tegas ke Penimbun Minyak Goreng
Pada pembukaan acara sosialisasi GDI, Didi menyampaikan banyak tantangan dihadapi agar sektor ekonomi dan perdagangan terus tumbuh. “GDI menjadi bentuk apresiasi kepada desainer dan pelaku usaha berpotensi ekspor, sekaligus inisiatif mengkurasi barang dan jasa bernilai tambah yang kami yakin memiliki nilai komersial di pasar lokal maupun global,” ungkap Didi.
Sebagai upaya membuka peluang pasar global yang semakin besar bagi pelaku industri manufaktur bernilai tambah, ajang GDI 2022 membuka pendaftaran bagi 17 kategori produk dan jasa yang memiliki nilai komersial tinggi di pasar domestik dan internasional. Upaya ini dilakukan melalui pengembangan desain kreatif dan inovatif, serta berdampak positif terhadap lingkungan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Di antara kategori tersebut adalah produk elektronik, perlengkapan rumah tangga, serta peralatan berkebun dan kendaraan (mobility), baik kendaraan berpenumpang atau pun kendaraan yang berfungsi sebagai alat kerja. Hal ini sejalan dengan permintaan pasar dunia yang mayoritas berupa produk-produk manufaktur berteknologi tinggi termasuk produk elektronik (HS 85) dengan pangsa pasar sebesar 16,7 persen. Sementara itu, produk mesin/peralatan (HS 84) dan otomotif (HS 87) masing-masing memperoleh pangsa 12,2 dan 7,3 persen.
GDI diselenggarakan pertama kali pada 2017 dan menjadi salah satu program kerja prioritas Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag dalam mendukung upaya peningkatan ekspor nonmigas nasional berbasis desain dan teknologi canggih. “Ajang GDI diharapkan memotivasi desainer dan pelaku usaha untuk terus berinovasi menciptakan produk dan jasa kreatif dan solutif, khususnya bagi masyarakat urban,” kata Didi.