SUKABUMIEKSPRES – Kurikulum Merdeka yang merupakan kebijakan pendidikan terbaru di Indonesia memicu beragam pandangan, dimana ada yang menilai hal ini adalah potensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Namun, perlu diakui bahwa beberapa kekurangan pada kurikulum merdeka ini masih perlu dibenahi, agar tidak merugikan pihak sekolah ataupun siswa.
Berikut beberapa kelebihan dan kekurangannya yang perlu dipertimbangkan:
Kelebihan:
1. Fokus pada materi esensial: Kurikulum lebih ramping, memungkinkan pendalaman materi yang lebih bermakna dan pengembangan kompetensi yang relevan.
Baca Juga:Alice Norin Divonis Idap Kanker Sarkoma Rahim, Yuk Ketahui PenyebabnyaOppo Reno8 T: Kelebihan dan Kekurangan dengan Harga Rp 4 Jutaan
2. Pembelajaran merdeka: Siswa didorong lebih aktif, mandiri, dan kreatif dalam belajar sesuai minat dan kemampuannya.
3. Penguatan Profil Pelajar Pancasila: Projek penguatan profil pelajar pancasila menanamkan nilai-nilai luhur seperti gotong royong, berpikir kritis, dan peduli lingkungan.
4. Penyesuaian dengan konteks: Sekolah dan guru diberikan keleluasaan menyesuaikan kurikulum dengan karakteristik murid dan daerah.
5. Pembelajaran yang fleksibel: Metode pembelajaran lebih beragam dan interaktif, seperti diskusi, presentasi, dan proyek kelompok.
Kekurangan:
1. Kurang persiapan: Implementasi terbilang baru, sehingga masih ada kekurangan dalam persiapan dan sosialisasi.
2. Kurangnya kapasitas SDM: Tidak semua guru memiliki kemampuan dan pelatihan yang cukup untuk menerapkan kurikulum baru secara efektif.
3. Potensi ketimpangan pendidikan: Kebebasan belajar bisa memperlebar kesenjangan pendidikan jika akses sumber daya dan bimbingan tidak merata.
Baca Juga:Miliki Spek Kelas Atas, Berikut Update Harga Oppo Reno8 T Terbaru Daftar Mobil Terbaru dengan Harga di Bawah 300 Juta di IIMS 2024
4. Standar penilaian belum jelas: Kriteria penilaian yang beragam masih memerlukan penyesuaian dan pemantapan.
5. Sistem pengajaran belum rinci: Bebas menentukan sistem pengajaran dapat membingungkan guru yang terbiasa dengan kurikulum terstruktur