4 Kesalahan Pola Pikir Gen Z Ini Buat Cari Kerja Makin Susah

Pola Pikir Gen Z
Kesalahan Pola Pikir Gen Z
0 Komentar

SUKABUMI EKSPRES – Seiring berjalannya waktu, Generasi Z semakin dibayangi oleh kekhawatiran akan masa depan yang suram, terutama terkait pekerjaan dan cara memperoleh penghasilan. Data terbaru menunjukkan bahwa tingkat pengangguran di kalangan Gen Z terus meningkat, sementara semakin banyak berita yang memperingatkan bahwa kecerdasan buatan (AI) akan mengambil alih banyak jenis pekerjaan.

Sebagai bagian dari Generasi Z, kami juga merasakan kekhawatiran tersebut. Wajar saja, di era ketika teknologi berkembang dengan pesat, bayangan akan kesulitan mencari pekerjaan atau terjebak dalam profesi yang tidak menentu menjadi momok yang membuat kami cemas.

Setelah membaca berbagai riset, data statistik, mendengarkan podcast, dan membaca buku-buku pengembangan diri, kami menyadari bahwa banyak dari kita sebenarnya terjebak dalam pola pikir yang keliru. Pola pikir inilah yang membuat masa depan tampak suram, padahal sejatinya peluang itu tetap ada.

Baca Juga:Sejarah Dwifungsi ABRI Sebagai Cikal Bakal RUU TNI yang Hancurkan Demokrasi3 Teori Alam Semesta dan Kehidupan di Luar Planet Bumi

Kesalahan Pola Pikir Gen Z

Kali ini, kami akan membahas beberapa kesalahan berpikir yang umum dijumpai di kalangan Gen Z, serta cara mengubahnya agar masa depan menjadi lebih cerah.

1. Menganggap Pendidikan sebagai “Scam”

Banyak generasi Z mulai meragukan nilai pendidikan formal. Ada yang menyebut bahwa sekolah hanyalah penipuan karena kurikulumnya dianggap tidak relevan dengan dunia kerja. Hal ini diperkuat oleh banyak cerita di media sosial mengenai lulusan perguruan tinggi yang masih kesulitan memperoleh pekerjaan, meskipun telah mengeluarkan biaya kuliah yang sangat besar.

Tidak sedikit pula yang mengutip kisah-kisah orang sukses tanpa ijazah sebagai alasan untuk menganggap gelar sarjana tidak lagi relevan. Namun, data justru menunjukkan hal sebaliknya. Sebuah studi dari Wallx pada tahun 2021 mengungkapkan bahwa sekitar 72% orang dengan kekayaan bersih di atas 30 juta dolar memiliki gelar sarjana, sedangkan hanya 28% yang tidak memilikinya.

Bahkan, laporan Data Box tahun 2022 mencatat bahwa tingkat pengangguran tertinggi masih terjadi pada lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA), yaitu mencapai 2,48 juta orang, sedangkan pengangguran dari lulusan universitas hanya sekitar 673.000 orang. Hal ini membuktikan bahwa pendidikan formal tetap membuka peluang yang lebih besar, baik dari segi jaringan maupun kompetensi.

0 Komentar