SUKABUMI EKSPRES – Cuaca ekstrem mendominasi kejadian bencana di Kota Sukabumi selama 10 bulan terakhir. Memasuki pancaroba atau peralihan musin kemarau ke hujan, potensi kerawanan cuaca ekstrem maupun bencana hidrometeorologi lainnya diwaspadai meningkat.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Sukabumi, Novian Rahmat Taupiq, menjelaskan berdasarkan catatan terhimpun melalui aplikasi Sistem Informasi Elektronik Data Bencana (Si Edan), selama Januari-Oktober terjadi sebanyak 149 kali bencana. Dari jumlah tersebut, paling banyak terjadi cuaca ekstrem.
“Bencana paling banyak yaitu cuaca ekstrem. Jumlahnya sebanyak 38 kali,” kata Novian melalui keterangan resminya, kemarin (15/11).
Baca Juga:Ratusan Atlet Ikuti Sukabumi Wall Climbing CompetitionPj Walkot Hadiri Pembukaan PAG Polri
Selain cuaca ekstrem, kejadian bencana selama Januari-Oktober yaitu kebakaran permukiman 33 kali, kebakaran lahan 33 kali, tanah longsor 33 kali, banjir 9 kali, dan angin topan atau puting beliung sebanyak 6 kali. Selama kurun 10 bulan terakhir, intensitas bencana paling banyak terjadi selama September, yakni sebanyak 37 kali.
Selanjutnya pada Oktober dan Maret masing-masing sebanyak 25 kali, Februari sebanyak 16 kali, Mei sebanyak 11 kali, Juni sebanyak 10 kali, Juli sebanyak 8 kali, Agustus sebanyak 6 kali, dan Januari sebanyak 1 kali.
“Khusus pada Oktober, dari 25 kasus bencana terdiri dari cuaca ekstrem sebanyak 11 kali, kebakaran lahan 7 kali, kebakaran permukiman 6 kali, dan banjir 1 kali,” ujarnya.
Novian menuturkan Oktober merupakan masa transisi anomali cuaca. Pasalnya, pada momen itu terjadi peralihan dari musim kemarau ke hujan.
“Selama musim pancaroba, terutama menjelang akhir Oktober, cukup banyak bencana hidrometeorologi yang ditandai hujan lebat disertai angin kencang dan petir,” tegasnya.
BPBD terus mengingatkan masyarakat terhadap meningkatnya potensi kerawanan bencana hidrometeorologi.
Novian pun mengaku memasuki awal November terjadi sejumlah bencana di berbagai wilayah akibat dampak curah hujan tinggi disertai angin kencang.
“Datanya masih kami rekap. Tapi memang potensi kerawanan bencana hidrometeorologi saat ini kembali meningkat. Kami tetap waspada menghadapinya. Masyarakat pun diimbau waspada,” pungkasnya. (ist)