Meski demikian, Kiai Ahmad Satori juga mengingatkan ada kemenangan sesungguhnya yang harus dijaga seorang Muslim. Kemenagan ini bisa didapat oleh seorang Muslim yang bisa menjaga dan konsisten dengan ibadahnya, bahkan setelah selesai Ramadhan.
Ia menyebut kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan selama Ramadhan hendaknya bisa diteruskan dan dipertahankan hingga bulan-bulan berikutnya.
Untuk menjaga hal ini, hal pertama yang perlu dilakukan adalah meminta kepada Allah SWT dan menjaga niat.
Baca Juga:Sembilan Hikmah Puasa RamadhanBupati Sukabumi Klaim Bazar Ramadan Berdampak Besar dalam Menekan Inflasi
Selanjutnya, ia mengingatkan pada ayat Al-Asr, “watawa saubil haqqi wa tawaa saubis sabr”. Artinya, untuk mempertahankan ibadah ini, perlu ada kawan-kawan yang saling mengingatkan.
Di sisi lain, Ketum PB Al Washliyah, KH Masyhuril Khamis, menyebut kemenangan seorang Muslim mengacu kepada hari besar Islam setelah Ramadhan, yaitu Idul Fitri. Idul Fitri ini berarti kembali kepada fitrah atau suci.
Bulan Ramadhan disebut memiliki beragam sebutan, di antaranya yaitu, ‘syahrul syiam’ atau bulan puasa dan ‘syahrul Quran’ atau bulan diturunkannya Alquran, serta ‘syahrul maghfirah’ yaitu bulan bagi seorang Muslim meminta ampunan.
“Ketika kita bicara kemenangan, maka orang-orang yang sudah melakukan puasa dengan segala kebaikan puasa itu, maka dia akan mendapatkan kemenangan. Ia kembali ke fitrah dan mensucikan dirinya,” kata dia.
Kiai Masyhuri mengingatkan, setiap manusia lahir dalam keadaan yang fitrah dan suci. Rasulullah SAW pernah bersabda,
“Setiap anak dilahirkan dalam kondisi fitrah kecuali orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi”.
Karena itu, ia menyebut Idul Fitri adalah bentuk kemenangan bagi orang-orang yang melakukan puasa dengan sebaik-baiknya. Untuk menyambut kemenangan itu, seorang Muslim lantas menyuarakan takbir, “Allahu Akbar”.
Baca Juga:Puluhan Siswa YLPD Ad-Dawah di Wisada Tahfidz Qur'anPemkot Sukabumi Jalin Kerja Sama dengan RSHS
Ramadhan adalah sebuah momentum yang diberikan Allah SWT kepada umat Islam, sekali dalam setahun. Meski demikian, Kiai Masyhuri menyebut kondisi ini tidak menjadikan seorang Muslim hanya menunggu satu tahun sekali untuk beribadah.
“Bulan suci adalah momen evaluasi ibadah seorang Muslim yang sebelumnya. Ada ibadah sunnah lain yang bisa dilakukan, seperti puasa sunnah, sedekah,” kata dia.
Memaknai Ramadhan tidak hanya dengan puasa, zakat, serta shalat dan membaca Alquran.