Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melakukan pemungutan suara yang diikuti oleh 193 anggota majelis, untuk menuntut diakhirinya invasi Rusia ke Ukraina.
Lalu, hanya empat negara yang bergabung dengan Rusia dalam menentang mosi tersebut, sementara 35 negara abstain.
Pemungutan suara berlangsung dalam sesi darurat pertama majelis sejak 1997, yang dengan mudah melampaui mayoritas dua pertiga yang maka harus disetujui.
Baca Juga:Viral, Demi Kurangi Janda Pemerintah Wajibkan Pria Poligami?PGRI Kota Sukabumi Salurkan Bantuan Kepada Korban Bencana Alam. Nilainya Mencapai Puluhan Juta Rupiah
Pemungutan suara berlangsung dalam sesi darurat pertama majelis sejak 1997, yang dengan mudah melampaui mayoritas dua pertiga yang maka harus disetujui.
Jadi, Negara mana saja yang mendukung invasi Rusia ke Ukraina? Berikut daftarnya dikutip dari Yahoo News, Sabtu (5/4/2022).
1. Korea Utara
Negara yang terkenal tertutup, yang dipimpin oleh Kim Jong-un ini tidak pernah berusaha menyembunyikan sentimen anti-AS dan menyalahkan jangkauan Barat dan NATO di Eropa timur atas invasi Putin.
2. Suriah
Suriah memberikan suara dengan Rusia di PBB untuk membalas dukungan militer dari Putin selama perang Suriah pada tahun 2015.
Bashar al-Assad adalah sekutu utama Putin dan serangan udara yang mendukung membantu presiden Suriah berjuang melawan kelompok-kelompok pro-demokrasi.
Moskow memiliki dua pangkalan militer di Suriah, dan lebih dari 63.000 personel militer Rusia telah dikerahkan ke Suriah.
3. Belarus
Belarus yang dipimpin oleh pendukung Putin Alexander Lukashenko sudah dipastikan mendukung invasi Rusia ke Ukraina.
Baca Juga:Surade Jadi Standar Capaian Vaksinasi Covid 19Talas Beneng Menjadi Ikon Kabupaten Sukabumi
Selain itu, Belarus juga terkena sanksi Uni Eropa tahun lalu karena pelanggaran hak asasi manusia.
4. Eritrea
Eritrea, sebuah negara yang terletak di timur laut Afrika, yang dipimpin oleh Isaias Afwerki. Bentuk dukungannya untuk Rusia dianggap karena keinginan untuk menjalin hubungan dengan Putin dalam upaya untuk mendukung kekuasaannya.
Moskow juga telah berinvestasi ke Eritrea, baru-baru ini mengumumkan rencana untuk membangun pusat logistik di sebuah pelabuhan di negara itu.
Presiden Afwerki mengadakan pembicaraan dengan Perwakilan Khusus Putin awal bulan ini, di mana Rusia akan melakukan kerja sama antara keduanya dan sikap bersama terhadap apa yang mereka anggap sebagai sanksi tidak sah.